Saya termasuk orang yang mendukung program Keluarga Berencana alias “KB”. Emang awalnya, sih nggak nerima sesuatu yang tidak alami dimasukkan ke dalam tubuh untuk mencegah terjadinya proses biologis. Tapi kalau dipikir-pikir lagi manfaatnya lebih banyak daripada ruginya dan saya nggak pertahankan lagi memandang alat KB sebagai sesuatu yang manipulatif. Takut pasang alat kontrasepsi dalam rahim? Sudah nggak dong… Setelah mengalami sendiri pasang alat kontrasepsi ini, saya bisa ceritakan prosesnya hampir sama seperti saat Pap Smear atau tes IVA.
Sudah selama 1 tahun lebih saya pakai IUD, tepatnya pasang pada tanggal 10 Juni 2016 lalu. IUD sendiri adalah metode kontrasepsi di dalam rahim. Kepanjangannya adalah IntraUterine Device. Macam-macam alat kontrasepsi kan ada banyak tuh, yang untuk wanita sendiri dibagi dalam hormonal dan nonhormonal.
Yang saya sebut disini metode menunda kehamilan (kontrasepsi) yang berlangsung sementara waktu ya, jadi tidak permanen. Untuk yang hormonal ada pil KB dan suntik KB. Keduanya bekerja dengan mempengaruhi hormon dalam tubuh. Sedangkan yang tanpa mempengaruhi hormon ada IUD dan Implan. Tapi kata bu bidan di Pustu (puskesmas pembantu) Angkah, kalau mau pasang implan itu perlu disuntik KB dulu awalnya, lalu dilihat perkembangannya cocok atau tidak. Jadi implan itu termasuk ke hormonal juga, ya, awalnya?
Tahun lalu saat Kavindra anak kedua saya sudah berusia 1 tahun, saya sudah mulai memberanikan diri memilih alat kontrasepsi IUD. Karena saya sudah mau stop punya anak lagi. Saya percaya dengan menyusui secara eksklusif selama 6 bulan itu sudah menjadi KB alami untuk mencegah kehamilan, selain itu saya dan suami juga sebelumnya menerapkan sistem kalender. Tapi akhirnya saya jadi was-was kalau misalkan jadi mengandung.
Nah, saat Kavin usia 1 tahun ini udah waktu yang tepat untuk pasang IUD, Karena pengalaman dari anak pertama, kami pakai KB alami setelah Kalki lahir, tapi setelah Kalki usia 1 tahun saya pun mengandung lagi. Kelahiran Kavin saya rasa sudah menjadi penutup saja bagi saya dan suami. Dua anak sudah cukup. Saya nggak ngotot, kok pengen anak perempuan. Prinsip saya dua anak cukup, laki-laki atau perempuan yang penting sehat. Pro program Keluarga Berencana banget, kan saya? Cocok juga, nih dengan program GenRe “Generasi Berencana” dari BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) hehehe… Udah ah, berasa kayak aktivis aja.
Memang setelah kelahiran Kavin, bu bidan yang membantu persalinan saya selalu mengingatkan untuk pasang alat kontrasepsi, tapi saya bilang masih pakai KB alami dulu hehe… sambil nabung biaya pasang alat kontrasepsinya. Saat itu biayanya Rp 250.000 (pasang di Pustu Angkah) jadi tepat kalau saya bilang mau nabung dulu juga.
Untuk pasang IUD dianjurkan oleh bu bidan saat hari terakhir haid. Jadi untuk saya yang rentang haidnya biasa 5-6 hari. Saya pilih untuk pasang IUD saat hari ke-6 haid di Bulan Juni. Saat hari pasang KB saya merasa sudah siap secara mental dan finansial apalagi nanti pasang IUD-nya dengan bidan yang sudah saya kenal.
Saya pasang IUD ini di Pustu Angkah, jaraknya cuma 1 km dari rumah. Awalnya janjian dulu dengan bu bidan yang telah membantu proses kelahiran Kalki dan Kavin. Sehingga alat-alat pendukung dan IUD-nya sudah dipersiapkan terlebih dahulu disana. Saya bilang saya mau pasang IUD tapi yang merk Andalan, karena kata bu bidan itu IUD yang bagus.
Lalu saya diantar suami dan Kalki ke Pustu. Di Pustu diperlihatkan kemasan dus alat kontrasepsinya dan bu bidan menggambarkan di atas dus IUD-nya seperti apa alatnya terpasang di dalam rahim. Lalu selanjutnya proses pemasangannya di ruang KB. Saya berbaring di atas ranjang yang ada tempat kakinya itu yang biasa buat periksa IVA atau Pap Smear.
Pertama-tama area intim kita dibersihkan lalu dipasang alat seperti corong atau cocor bebek kali yang membantu membuka jalan agar meletakkan alatnya lebih mudah. Setelah alatnya diletakkan di rahim, benang dari alat IUD-nya dipotong. Setelah selesai alat corong seperti cocor bebek itu dilepas. Udah deh kira-kira cuma gitu aja sepengetahuan saya. Selama proses tersebut saya diminta untuk rileks dan mengatur napas agar otot-otot di sekitar area kewanitaan jadi lemas gitu. Sambil pasang IUD, bu bidan juga ngajak ngobrol saya.
Saat saya bangun, saya sempat lihat tuh ada baskom di ujung ranjang yang berisi darah. Saya berpikir apa itu darah haid saya atau dalam prosesnya sempat membuat berdarah ya? Saya tidak tau pasti, karena saya nggak tanya ke bu bidan. Tapi setelah pulang ke rumah ya darah itu masih keluar tapi nggak terasa sakit, kok. Ya seperti masih haid aja, padahal haid saya udah hari terakhir saat itu alias udah mulai bersih.
Selesai pasang IUD saya diberi kartu keterangan tanggal memakai IUD dan jadwal kontrol selanjutnya. Saya diminta untuk kontrol 1 bulan kemudian. Saat kontrol akan ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak dan selanjutnya akan dicek seperti cek Pap Smear lagi dan ini cuma sebentar aja. Setelah dilihat oleh bu bidan ternyata kedaannya bagus, sudah deh, selesai.
Selanjutnya akan diminta kontrol 2 bulan kemudian dengan proses yang sama. Setelah kontrol yang kedua kalinya, saya diminta untuk kontrol ke-3 pada 6 bulan kemudian. Setelah kontrol yang ke-3, saya diminta kontrol ke-4 setelah 1 tahun. Nah untuk kontrol yang setelah 1 tahun ini jadwalnya akan jatuh pada bulan Januari 2018 nanti. Selama ini saya kontrol bayar Rp 10.000 setiap cek KB. Tapi setelah jadi anggota BPJS Kesehatan bakalan nggak bayar lagi.
Yang saya keluhkan selama pemakaian IUD ini adalah durasi haid saya jadi panjang. Pada haid pertama saya setelah pakai IUD lamanya jadi 10 hari. Pada bulan-bulan berikutnya durasinya semakin berkurang jadi 9 hari, lalu 8 hari dan hingga sekarang jadi 6-7 hari. Selain itu periode haid saya datangnya jadi lebih cepat, maju rata-rata seminggu setiap bulan. Kalau dulu sih saya haid bisa setiap 30 hari. Setelah pasang IUD jadi kira-kira tiap 23 hari.
Untuk keluhan dari suami sih nggak ada. Jadi aman aja… Tapi untuk keluhan saya, kata bu bidan itu normal. Memang sebelum pasang IUD saya sudah dijelaskan bahwa efek pasang IUD bisa jadi durasi haid lebih panjang dan lebih banyak darah haid yang keluar. Bu bidan sendiri yang pakai IUD juga mengalaminya. Mama saya juga pakai IUD dan mama saya pun mengalami hampir sama seperti saya, selama 3 hari haidnya deras dan 4 hari sudah mulai menurun intensitas keluar darahnya.
Yang saya suka dari IUD ini adalah tidak mempengaruhi hormonal saya. Selama haid pun pakai Mooncup juga nggak masalah. Justru saat heaviest flow pakai Mooncup membantu sekali sehingga nggak boros pembalut (lagi pula saya udah lama nggak pakai pembalut sekali pakai tapi pakai Mooncup dengan dibantu pembalut kain). Yang ingin tau tentang ulasan saya tentang Mooncup baca disini ya…
IUD yang saya pakai adalah IUD Andalan Tcu 380A Safeload yang bisa mencegah kehamilan hingga 10 tahun. Kan udah mau stop punya anak jadi sekalian aja pakai IUD yang mengontrol kehamilan dalam jangka waktu lama, lebih hemat dan ekonomis serta nggak perlu bolak-balik lepas-pasang IUD. Ada juga IUD yang mengontrol kehamilan selama 3 tahun dan 5 tahun. Saya tau tentang IUD Andalan ini dari majalah AyahBunda.
Selama memakai IUD ini so far so good. Nggak ada rasa cemas lagi bakalan kebobolan. Suami dan saya pun nyaman dengan playing safe. Yang paling bikin senang bagi saya dengan memakai alat kontrasepsi IUD ini adalah tidak ada lagi rasa was-was bahwa akan mengandung tanpa perencanaan matang. Gimana, apa Anda berminat pakai IUD? Atau malah udah pakai alat kontrasepsi?
Pakai IUD ini telah menambah keharmonisan hubungan saya dengan suami. Kami jadi bebas dari rasa khawatir karena udah komitmen cukup dua anak saja, Kalki dan Kavin. Kasih sayang dan perhatian jadi tercurah hanya kepada mereka. Ikut asuransi kesehatan dari pemerintah (BPJS Kesehatan) pun jadi fix karena anggota keluarga kami empat. Mudah-mudahan perencanaan pendidikan kami untuk mereka juga bagus. Semoga.
Selamat hari ulang tahun Pernikahan yang ke-6, Papa Ambara. Kamis, 28 Desember 2017.
“But you’ll never be alone, I’ll be with you from dusk till Dawn… I’ll be with you from dusk till Dawn… Baby, I’m right here…” nyanyiannya Zayn malik dan Sia yang lagi terngiang-ngiang di kepala saya. The 6th wedding anniversary is symbolized as “candy”. I am very grateful we have been through the six years with our sweet boys, Kalki and Kavin.
Love,
Intan Rastini.