Apa itu Natural Skincare?

Kenapa akhir-akhir ini saya jadi sering nulis ulasan skincare? Yang saya maksud skincare itu produk perawatan kulit, ya. Bisa untuk kulit wajah, bisa untuk kulit badan. Jawabannya karena saya baru-baru ini juga beralih dari produk perawatan kulit yang konvensional ke produk alami. Alami disini maksudnya bukan nggak ada kimiawi sama sekali, tetap ada kimianya tetapi 99% bahan yang digunakan di formula (di luar air) harus berasal dari natural origin dengan pengecualian terhadap bahan (termasuk pengawet) yang boleh digunakan dalam jumlah sangat kecil. Itu definisi natural/organic cosmetic menurut standard COSMOS ECOCERT.

Gambar pinjam dari Instastory @synfreesoap

Apa sih COSMOS ECOCERT itu? COSMOS ECOCERT merupakan kepanjangan dari COSMetic Organic and natural Standard (COSMOS ECOCERT) adalah bagian dari Ecocert yang mengatur kosmetika. ECOCERT adalah Lembaga Audit & Serifikasi Organik, didirikan 30 tahun lalu dan berbasis di Prancis. Wilayah operasi Ecocert saat ini telah mencakup 130 negara di dunia.

Suatu produk kosmetik dapat melakukan CLAIM organik hanya jika:
1. Mengandung 99% bahan baku yang berasal dari natural origin dimana 95% dari tanaman yang digunakan di bahan baku berasal dari sumber yang tersertifikasi organik.
2. Suatu produk kosmetik leave on harus mengandung minimal (di luar air) 20% bahan organik untuk dapat disebut sebagai produk kosmetik organik, dan minimal 10% di produk wash off.
3. Air dan mineral tidak dihitung organik karena bukan dari agrikultur.

Lalu langkah awal untuk mengenal lebih lanjut mengenai bahan apa yang dipakai adalah dengan mengetahui INCI dari setiap bahan yang digunakan. INCI adalah singkatan dari International Nomenclature of Cosmetic Ingredients. Setiap bahan yang digunakan dalam suatu formula/produk harus disertakan INCI-nya di dalam list ingredients. Untuk bahan-bahan yang berasal dari tanaman biasanya mengacu pada nama latinnya (binomial nomenclature).

Mengacu pada ECOCERT COSMOS, suatu raw material (bahan kosmetik) dapat dikategorikan natural jika memenuhi kriteria:

  • Proses pembuatan dan fasilitas produksi yang digunakan harus menghormati prinsip-prinsip yang tidak merusak alam dan tidak mengganggu kesehatan manusia dan mahkluk hidup lainnya
  • Menggunakan konsep green chemistry, yaitu melibatkan bahan-bahan kimia yang ramah lingkungan dan ramah di tubuh manusia
  • Bertanggung jawab dan tidak mengeksploitasi lingkungan dan bahan-bahan alam
  • Menghargai biodiversity
  • Tidak menggunakan petrochemical ingredients, parabens, phenoxyethanol, perfumes dan pewarna synthetic
  • Tidak menggunakan bahan dari tumbuhan GMOs

Apa saja, sih, bahan kosmetik (raw material) yang tidak diperbolehkan untuk digunakan di natural skincare/produk perawatan kulit dan kosmetik alami? Ini saya bikin rangkuman daftarnya, ya. Secara garis besar, tiap bahan yang tidak diperbolehkan ini banyak merugikan kesehatan maupun lingkungan untuk jangka panjang.

  1. PEG-s (Polyethylene Glycol. Ethylene Oxide). Di dalam bahan biasanya ditulis PEG atau PPG. Namun jika tidak disertakan tulisan PEG, maka dapat dijadikan patokan jika suatu bahan memiliki nama dengan akhiran -ethmaka bisa dipastikan bahan tersebut mengandung PEG. Contohnya: Sodium Laureth Sulfate atau SLS. Familiar nggak dengan nama bahan ini? Polysorbate (Tween) juga salah satu bahan yang jika dilihat dari INCI-nya maupun dari nama lengkapnya, tidak mencerminkan bahan yang mengandung PEG. Sehingga sering menyesatkan konsumen bahwa seolah-olah bahan tersebut “natural and clean”. Namun jika dilihat dari gugus kimianya, polysorbate mengandung ethylene oxide di setiap molekulnya. Ini berlaku untuk semua Polysorbate, baik Polysorbate 20, Polysorbate 60 maupun Polysorbate 80.
  2. GLYCOL. Glycol merupakan sekelompok molekul yang memiliki gugus kimia antara alcohol dan glycerol. Berbeda dengan alcohol dan glycerin yang asalnya alami, maka glycol adalah hasil sintesa dari Ethylene Oxide. Induk molekulnya adalah EG (Ethylene Glycol), yang merupakan induk dari semua molekul PEG. Ada jenis glycol lainnya yang merupakan hasil turunan dari Ethylene Glycol. Yang paling umum adalah Propylene Glycol (PG). PG ini banyak digunakan di Industri kosmetik dan makanan. Penggunaannya sangat ketat di Eropa karena dapat menyebabkan disfungsi liver, ginjal, dan sistem pernapasan. Selain digunakan sebagai bahan tunggal, PG juga digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan ekstrak atau sebagai bahan pengawet.
  3. Silicone, Dimethicone & “-cone” yang lainnya. Saat ini terdapat lebih dari 500 Dimethicone derivatives yang terdaftar di EU Cosmetic listing. Masing-masing memiliki struktur dan fungsi yang berbeda-beda. Golongan silicone ini sangat disukai di duni skincare karena sifatnya yang sangat ringan, memberi efek lembab tanpa kesan “berminyak”, licin, halus, dan memberi efek berkilau. Silicone sangat stabil dan tahan panas. Bahan dasar silicone adalah pasir. Pasir memang bahan alam/natural. Namun untuk membuat silicone, terlalu banyak bahan baku berbasis petrokimia fungsional yang ditambahkan ke dalam pasir tersebut, sehingga substansi pasir itu sendiri bisa dibilang sudah hilang. Namun, tidak semua silicone besifat toksik. Bahkan rata-rata cukup lembut di kulit dan tidak mengiritasi. Lalu mengapa silicone tidak digunakan dalam natural skincare? Karena terlalu banyaknya bahan-bahan petrokimia yang digunakan dalam proses pembuatannya “mungkin’ menyebabkan peningkatan timbulnya residu bahan-bahan petrokimia tersebut di dalam tubuh kita. Akumulasi bahan-bahan tersebut juga tidak dapat diurai oleh alam sehingga silicone tidak diterima di dalam dunia natural skincare.
  4. PARABEN. Synthetic preservative ini secara umum digunakan pada kosmetik. Paraben disinyalir turut berperan dalam terjadinya penyakit tumor payudara dan dapat mengganggu keseimbangan hormon estrogen.
  5. FORMALDEHYDE.  Berbahaya untuk kesehatan manusia. Menurut US National Toxicology Program, Formaldehyde adalah bahan penyebab cancer (carsinogenic). Dalam kosmetik, Formaldehyde adalah bahan pengawet yang biasa digunakan. Jika pernah dengan FORMALIN, maka formaldehyde adalah induknya formalin. Beberapa turunan formaldehyde yang sering ditemukan dalam produk kosmetik adalah DMDM HYDANTOIN, Quaternium-15, Urea.
  6. SULFATE. Sulfate adalah bahan pembersih yang sangat irritant sehingga bisa menimbulkan reaksi sensitive yang parah di kulit. Golongan Sulfate ini juga tidak biodegradable. Selain Sulfate, ada beberapa jenis surfactant yang masih menggunakan PEG dalam prosesnya. Contohnya: Sodium Lauryl Sulfate (SLS) atau Magnesium/Potassium/Ammonium Lauryl Sulfate, Sodium (Magnesium/Potassium/Ammonium) Coco Sulfate, Sodium (Magnesium/Ammonium) Lauryl Ether Sulfate (SLES), Disodium Laureth-2 Sulfosuccinate, dan Disodium Cocamido PEG-3 Sulfosuccinate.
  7. HYDROGENATED OILS. Hidrogenasi adalah proses menghilangkan lemak-lemak tak jenuh yang melekat pada minyak-minyak nabati yang digunakan pada skincare. Hal ini dilakukan untuk memperlambat proses oksidasi, meningkatkan thermal stability dan memperpanjang shelf-life. Minyak yang dihidrogenasi sudah banyak kehilangan kandungan-kandungan penting yang diperlukan oleh kulit kita, yaitu vitamin alaminya. Produk ini sering kita temukan pada modified butter. Contoh: Avocado butter, Macadamia butter. Banyak formulator natural yang menggunakan bahan-bahan seperti ini di formulanya karena penggunaannya memang diperbolehkan. Sedangkan di lain sisi, Shea butter atau Cocoa butter originnya memang dari Shea dan Cocoa.
  8. PHTHALATE & BHT. Bahan yang 100% sintetis. Banyak digunakan di perfumery untuk memberi efek kental seperti oil dan efek seperti resin. Tidak diperbolehkan digunakan di skincare, karena menyebabkan reprotoxicity. BHT (Butylated Hydroxytoluene) adalah antioksidan sintetis.
  9. Behentimonium Methosulfate (BTMS), Emulsifying Wax, Cetrimonium Chloride. Bahan-bahan tersebut mengandung PEG derivative sehingga tidak digunakan di natural cosmetics. Bahan-bahan tersebut biasanya dapat ditemukan di produk shampoo & conditioner. Polawax dan Emulsifying Wax biasanya ada di produk cream atau lotion.

Jadi begitu lah… Cukup banyak juga varian bahan-bahan berbahaya yang digunakan dalam produk perawatan tubuh kita. Memang dalam dosis kecil tidak akan membawa pengaruh berarti pada saat ini, tapi jika kita terus memakai produknya sampai bertahun-tahun bisa jadi itu penyebab masalah kesehatan kulit juga rambut yang mulai timbul. Bahkan bahan-bahan tak baik ini bisa tembus melalui kulit sampai terbawa aliran darah ke organ-organ dalam tubuh. Ngeri nggak sih?

Jangan lupa, kulit adalah organ tubuh kita juga. Malah yang terbesar! kalau kita ingin menyehatkan kulit, ya bukan dengan menggunakan produk yang potensial mengandung bahan berbahaya. Kita malah hanya dapat benefit sesaat dari produk tersebut tapi malah bisa rugi untuk masa yang akan datang. Karena produk-produk yang kita pakaikan ke kulit kita, cepat atau lambat juga akan terserap masuk ke dalam tubuh. Sedangkan untuk produk dengan wewangian sintetis juga bisa terhirup hingga masuk saluran pernapasan.

Saya pun heran, udah tau bahaya, kok masih aja dipakai buat produksi produk secara masal? Kemungkinan besar alasannya adalah untuk menekan biaya produksi. Bahan sintetis juga lebih efisien untuk produk supaya bisa diproduksi dalam skala besar. Miris banget membayangkan produsen-produsen yang hanya mikirin profit saat ini tapi nggak mikirin dampak kesehatan bagi konsumennya untuk jangka panjang. Entah juga apa pemerintah perhatian terhadap masalah ini atau masih longgar karena dampak buruknya tidak terjadi tepat di depan mata.

Untuk perekonomian dan profit jangka pendek memang terasa lebih menguntungkan pakai produk sintesis tapi untuk ke depannya, menurut saya jelas akan rugi. Kenapa tidak, kalau banyak orang sakit, ekonomi siapa yang bakalan terpuruk? Udah gitu bahan sintetis tersebut juga nggak aman bagi lingkungan. Lingkungan siapa juga yang bakalan rusak dan tercemar? Ya tempat tinggal kita sendiri. Semuanya terasa bagaikan efek domino dan nggak habis-habis memberikan dampak demi dampak yang mungkin saat ini kita kurang mewaspadainya atau menolak melihatnya.

Maka dari itu saya tertarik mencoba natural skincare. And this is for a good cause! Ulasan produk-produk di blog saya ini bertujuan untuk mencatat pengalaman saya secara pribadi saat menggunakan produk tersebut. Mungkin ada produk yang cocok dan sangat bermanfaat bagi saya, mungkin juga ada yang kurang cocok. Semua itu ditulis dengan jujur bukan bermaksud untuk mempromosikan atau menjelekkan suatu produk tertentu namun lebih sebagai catatan saya sendiri dan juga bisa menjadi agihan berbagi pengalaman saya untuk pembaca.

Skincare natural pertama yang saya pakai di Januari 2019

Saya juga tidak mendukung, ya, belanja produk-produk natural skincare jika produk itu tidak kamu butuhkan. Saya nggak ingin pembaca setelah membaca suatu ulasan produk lantas menjadi konsumtif atau bahkan menjadi natural skincare hoarder. Karena produk natural itu masa kedaluwarsanya lebih pendek dari produk konvensional. Selain itu, pola konsumtif juga nggak ramah bagi lingkungan. Sayang banget, dong, kalau udah sadar lingkungan dan beralih ke produk alami tapi di sisi lain masih konsumtif dan banyak produk akhirnya terbuang tidak terpakai.

Soal harga, memang rata-rata produk natural skincare ini lebih mahal daripada produk konvensional. Saya pikir ini karena kebanyakan produksinya masih dilakukan oleh formulator atau artisan secara manual. Bahan bakunya sendiri mungkin ada yang tidak mudah didapat/dihasilkan dan harganya tidak murah. Maka dari itu jika masih keberatan dalam sisi budget, bisa disesuaikan dahulu dengan skala prioritas pengeluaran. Skincare apa yang paling kamu perlukan? Apakah ada opsi yang paling baik dan cocok dengan dompetmu di antara berbagai pilihan produk di pasaran?

Think wise and use your common sense. Thank you for reading. See you!

Referensi: Materi diskusi “Introduction to Natural Skincare” pada grup White Label Skincare oleh Qumaya Hamid, Ketua INSS (Indonesian Natural Skincare Society).

❤️ Intan Rastini.

2 thoughts on “Apa itu Natural Skincare?

  1. Pingback: Salt Scrub Bamboo Charcoal by Utama Spice | Intan Rastini

  2. Pingback: Review Make + Sense Tearless Head to To Wash Ramah di Kulit Anak dan Ramah Lingkungan | Intan Rastini

Thank you for reading my post, hope you enjoy it. Please... don't type an active link in the comment, because it will be marked as a spam automatically. I'd love to visit your blog if you fill the "website" form :)