Daily Blue Rice from Butterfly Blue Pea Flower

Bunga telang yang saya tanam dari benih sudah beberapa bulan ini rajin berbunga dengan rutin. Awalnya saya panen untuk diseduh jadi teh bunga telang. Teh bunga telang akan berwarna biru, lalu dicampur markisa yang juga sedang panen di halaman, widiiiih, warna tehnya jadi berubah dari biru ke ungu macam Bali sunset saja. Anak-anak suka lihatnya, dan suka menikmati seduhan teh bunga telang campur markisa, apalagi kalau ditambah gula atau madu 🤪. Ya, namanya juga nak-kanak, sukanya yang manis-manis daripada yang hambar. Kalau hambar, ntar mamanya disembur lagi! 😖

Semakin tumbuh besar, semakin banyak berbunga si Clitoria ternatea ini. Saya pun putar otak gimana caranya supaya panen bunga telang ini bermanfaat tiap hari, soalnya kalau minum air bunga telang terus.. anak-anak bosan, kadang nggak diminum meski mamanya udah siapkan air bunga telang satu pitcher di meja makan. Mereka lebih memilih ambil air minum dari teko di counter dapur yang agak tinggi dan susah buat nuang air ke gelas daripada minum dari pitcher yang lebih mudah dijangkau jadinya.

Baca juga cerita saya tentang Tepache 🥃 (Resep Tepache Minuman Khas Meksiko yang Nyegerin – How to Make Your Own Tepache).

Saya akhirnya pakai bunga telang ini untuk masak nasi! Ya, kami kan sebagai warga Indonesia tidak bisa lepas dari nasi sebagai makanan setiap hari. Jadinya saya petik saja bunga telang sore atau pagi hari, rendam dengan air panas, lalu saat akan masak nasi, air bunga telang itu dituang sebagai tambahan air di beras yang akan ditanak di rice cooker. Air rendaman bunga telangnya tidak banyak, mungkin hanya 500 ml saja. Sebunga-bunga telangnya pun saya cemplungkan ke pot, wadah menanak nasi. Aduk-aduk sebentar supaya seluruh beras tercampur dengan rendaman air bunga telang. Colokkan listrik, dan… dan…, ini yang tak kalah penting! Jangan lupa ceklik “cook”!

Setelah nasi matang gimana? Nasi menjadi berwarna biruuuuu. Warnanya menarik dan cantik sekali. Bunga-bunga yang layu ikut termasak bersama beras pun hadir bercampur dengan nasi yang matang. Saat menyendok nasi untuk makan, ya.. saya makan juga sebunga telangnya. Karena tetangga saya bilang bunga telang ini bisa dibuat nasi goreng dan tidak menambah rasa apapun pada bahan makanan yang tercampur dengan bunga telang. Memang betul rasa nasi biru yang tiap hari kami makan berkat si bunga telang ini tetap hambar, kok! Bahkan jika mau, bunga telang juga bisa dikonsumsi dengan cara dilalap mentah-mentah.

Bunga telang ini termasuk bergizi dan mengandung antioksidan tinggi. Kalau kamu belum coba konsumsi bunga telang dan belum nanam bunga telang di rumah, rugi deh belum merasakan manfaatnya hehehe… Yuk, tanam, yuk! Cara nanamnya mudah, kok! Dari benih, semai saja di tanah yang dicampur pupuk kandang atau pupuk kompos. Bunga telang akan berkecambah dan tumbuh dengan mudah. Setelah agak besar bunga telang membutuhkan rambatan, atau tempat untuk sulur-sulurnya menjalar.

Di rumah, saya tanam bunga telang yang telah disemai di pot lalu bibit muda dipindahkan dari pot ke tanah di halaman dekat pohon palem. Setelah besar, bunga telang ini menjalar sampai tinggi ke ujung atas pohon palem. Jadi makin cantik, deh, pohon palemnya yang monoton karena ada bunga mekar berwarna serba biru di sela-sela daun palem yang lurus-lurus memanjang. Bulan Agustus 2020 ditanam, pada bulan September 2020 tanaman bunga telang sudah memberikan bunganya. Lalu pada bulan Januari 2021, dua tanaman saya mulai tua dan jadi kering, memberikan pod benihnya yang berwarna cokelat. Masih tinggal satu tanaman bunga telang dewasa yang masih hidup dan tumbuh lebat menjalar sampai ke pucuk pohon palem.

Dulu saya dapat benih bunga telang ini dari tetangga saya yang baik hati. Beliau adalah pasangan suami-istri yang sudah lanjut usia dan tinggal berdua saja mengelola warung. Saya mengetahui bahwa beliau punya tanaman bunga telang dari teman saya yang bekerja di Bumdes. Maka saya datanglah ke rumah pasangan suami-istri ini untuk membeli bunga telang. Ya, beliau menjual bunga telang satu wadah kresek seharga Rp2.000. Kemudian saya bilang bahwa saya juga hendak menanam bunga ini, maka saya pun diberi tetangga saya benih bunga telang 2 pods. Cihuy!

Saya hanya tanam 1 pod awalnya. 1 pod berisi 6 benih bunga telang berwarna hitam. Dari 6 benih yang saya tanam tumbuh bibit muda sejumlah 3 saja hihihi. Setelah 5 bulan, yang dua sudah tua dan mengering, sedangkan yang satu masih hidup sampai sekarang. Satu pod benih bunga telang sisanya saya berikan ke adik sepupu saya di Surabaya. Dan akhirnya berkat dua tanaman bunga telang yang sudah tua itu, saya bisa mendapat banyak pod benih bunga telang selanjutnya yang bisa saya simpan dan saya bagikan ke saudara-saudara saya yang ingin menanamnya.

Sekarang saya udah semai beberapa benih bunga telang lagi pada cup-cup bekas minuman dan pada wadah plastik bekas. Setelah bibit muda ini kuat, akan saya pindahkan lagi ke dekat pohon palem atau dekat pagar kawat kasa supaya tumbuh menjalar dengan indah. Tetangga saya di dusun sebelah juga ada yang menanam bunga telang di pinggir tepian batas senderan rumahnya, lho.. Tanpa cagak dan tanpa tiang sebagai media menjalar si tanaman bunga telang. Alhasil bunga telangnya menjuntai agak condong ke bawah.

Selain itu, saya mendapati tetangga saya ini punya bunga telang putih! Wow, saya sendiri baru tau ternyata ada ya bunga telang warna putih. Nah, kamu sendiri tertarik, nggak, menanam bunga telang di rumah setelah tau manfaat-manfaat yang dikandung oleh si bunga unik dan cantik ini? Oh, ya teman blogger saya yang pintar memasak, mbak Rini, bahkan buat kue lapis pakai bunga telang, nih. Bisa cek resep-resepnya di bawah. Bunga telang juga bisa dibuat teh fermentasi yang menyehatkan, lho, yaitu kombucha. Kalau ada kreasi lainnya silakan share, ya, bagaimana cara kamu menikmati si bunga telang 😊. Kalau bagi saya buka jendela kamar lalu melihat bunga telang pada bermekaran pun sudah nikmat sekali rasanya.

Annex: inspirasi resep kreasi mbak Rini:

  1. Lapis Kanji Bunga Telang
  2. Puding Kopyor Telang
  3. Cendol Dawet Biru dari Bunga Telang
  4. Susu Cendol Anget
  5. Bubur Sumsum Biru Bunga Telang
    Sungguh kreasi mbak Rini itu jauh lebih kreatif-kreatif dari pada saya yang cuma super basic buat air seduhan untuk minum dan buat menanak nasi sebagai makanan utama keluarga hehehe 😁.

❤️ Intan Rastini.

Lovely Fireflies – Kunang-kunang Cantik

Tiga hari lalu bapak mertua saya meminta tolong saya untuk dibelikan canang sari. Lalu saat sudah sore saya asyik menulis blog tentang apa itu makna keluarga inti bagi saya sehingga saya baru bisa keluar rumah pukul 7 WITA. Saat saya berjalan keluar untuk ke dusun sebelah, saya melihat langit indah sekali penuh warna gradasi senja. Ada semburat biru, ungu, violet – ungu sama violet bedanya di mana, sih? – dan juga jingga atau lembayung. Makanya ya, namanya langit Bali dilukiskan oleh mbok penyanyi Saras Dewi sebagai Lembayung Bali, :D.

Saat sedang berjalan kaki menuju ke Dusun Munduk untuk membeli canang sari, saya asyik melihat langit yang ternyata belum gelap banget, masih cantik sedikit terang. Saya melewati rumah tetangga saya 2 blok ke arah barat. Lalu ibu tetangga yang sedang berdiri di atas jalan pemesuannya ngeliatin saya terus yang sedang berjalan kaki. Karena kami sama-sama pakai masker penutup hidung dan mulut, maka saya sapa saja, “ngujang, tuh mek?” (ngapain tuh, bu?).

Sontak, ibu tetangga yang dari tadi berdiri ngeliatin saya aja berseru, “eh!” Seraya tersadar kalau ternyata itu saya, Intan, tetangga di sebelah paling timur. Lalu si ibu balik bertanya, dengang bahasa Bali tentu, “mau kemana itu? Kok berjalan kaki?”

Saya jawab, “Ne, kal meli canang di banjar Munduk.” (nih, mau beli canang di banjar Munduk)

Ibu tetangga, “Nggak naik motor, tuh? Udah sore kok jalan kaki?”

Saya timpali, “Sing, sing kengken… Kaaan pe’ek.” (Nggak, nggak apa… kan dekat).

“Ibu tetangga jadi makin heran, “Wih, jani be sanje, peteng nyin ditu, bani mejalan liwat lebah peteng-peteng keto?” [Wah, sekarang udah sore, gelap nanti di situ (jalan yang akan saya lalui), berani lewat turunan (lebah) gelap-gelap gitu?].

“Bani.” Seperti yang sudah saya bilang “sing kengken” (tidak apa-apa), “kan pe’ek” (kan dekat) itu saja alasan saya.

Saya itu menjawabnya sambil terus berjalan saja, sambil lalu gitu. Emang bukan sengaja berhenti untuk menjawab ibu tetangga saya itu. Kan tujuan saya adalah mau beli canang, bukan untuk cangkruk gitu hahaha. Setelah saya berlalu ke arah lebah, semacam jalan turunan yang paling rendah yang kanan-kirinya itu tegalan (kebun cokelat, kelapa, manggis, dan duren milik warga dan ada yang milik bapak mertua juga)… saya sayup-sayup mendengar ibu tetangga yang saya sapa tadi mengobrol dengan tetangga saya lainnya di seberang rumahnya.

Ngomongnya keras-keras, gitu, kawan… Ngasi tau tentang saya. Jadi ceritanya saya diomongin nih, antar tetangga bahwa saya berani jalan ke dusun sebelah lewat jalan di ‘lebah’ gelap-gelap begini padahal ini sudah menjelang malam. Suara tetangga saya itu kerraasss banget, deh! Sampai saya pun bisa mendengarnya dengan jelas, sampai saya tertawa kecil sendiri. Yah, memang gelap sih, tapi masih ada cahaya dikit dari matahari yang hampir terbenam ke peraduan. Jadi masih bisa kelihatan jalannya meski sama sekali nggak ada lampu.

Saat melewati ‘lebah’ yang memang kayak lembah jalan paling rendah, otomatis saya harus naik lagi, dong, jalan menanjak lageee… Welcome sandal selop karet plastik tak nyaman yang udah bikin kaki saya akhirnya lecet wakakaka.. Sesampainya di toko warga yang menjual canang, saya bertanya, “bu ado, canang? Meli dasa tali.” (Bu ada canang, beli sepuluh ribu).

Setelah mendapatkan canang yang saya perlukan, ibu penjual dan kerabatnya berkata dalam bahasa Bali campur bahasa Indonesia ke saya, “Oh, nggak naik motor ke sini?”

Saya jawab, “Enggak.”

Ibu penjual bertanya lagi, “Jalan kaki tadi?”

Saya balas, “Iya.”

“Ish, ish, ish… atau ck, ck, ck….” begitulah kira-kira ibu penjual dan ibu kerabatnya yang ada di warung kalau bisa berkomentar kepada saya, entah mengomentari sebagai keprihatinan terhadap saya atau sebagai ungkapan keheranan. Cuma gara-gara nggak bawa motor aja, guys! Iya cuma karena jalan kaki ke warung di dusun sebelah, mengundang decak entah kasihan, heran, atau keprihatinan oleh orang-orang.

Bukannya kebalik, nggak, sih? Dulu kalian warga sini bukannya udah sering kemana-mana jalan kaki, bukannya malah naik motor? Giliran sekarang saya jalan kaki kenapa heran bu-ebu? Saya pun pulang, tapi sebelum pulang dari warung saya mampir ke tetangga lain yang masih di dusun itu. Saya papasan sama bapak BPD dan tegur sapa sebentar, lalu saya balik badan dan bertanya, “Pak! Rumah pak Dodi itu dimana?”

Setelah diberi tau, saya menuju ke sana yang jaraknya ada kira-kira 400 meter, lah dari warung ibu penjual canang. Saya ke rumah beliau untuk menanyakan apakah saya bisa memesan pupuk kandang. Setelah bertamu ke rumah Pak Dodi  ternyata ada istrinya yang menyambut saya. Saya pun menanyakan pupuk kandang, apa bisa saya pesan satu kampil (karung). Sayang, sungguh sayang karena musim hujan pupuk kandang pun belum siap. Jada saya bilang saya butuh satu kampil saja dan perlu untuk besok atau dua hari lagi.

Bu Dodi pun tak berani beri janji, karena jika tidak ada panas matahari, sulit untuk menyiapkan pupuk kandangnya. Maka saya tanya berapa biaya pupuk kandang satu kampil tersebut. Sebesar Rp 30.000 dan diantar langsung ke rumah. YA, saya pesan. Tapi sampai hari ini belum ada antaran pupuk kandang tersebut, sepertinya mereka benar-benar sulit menyiapkan pupuk kandang siap pakai di kala hujan. Apalagi kemarin menjelang Tahun Baru Cina pada hujan terus seharian.

Akhirnya saya pulang… Jeng jeng jeng… Langit di luar itu udah bener-bener petheng ndedhet, lur! Udah gelap buanget, deh. Apalagi namanya di desa penerangan itu minim sekali. Semasa saya melewati jalanan yang di antaranya ada rumah-rumah warga, it’s still okay. Tiba saatnya saya harus melewati jalan yang di antaranya hanya ada tegalan (perkebunan) saja. Oh, boy! Finally this way.

Jalanan ini udah mulai nggak ada rumah warganya, murni tegalan aja di kanan dan di kiri. Gimana gelapnya? Absolute darkness, friend! Benar-benar gelap gulita. Sekali, dua kali ada pengemudi sepeda motor yang lewat dari belakang saya. Saya sampai takut mereka terkejut dan saya dikira penampakan wanita halus, lagi wekekek. Tapi sepeda motor mereka memberi saya sedikit penerangan untuk jalan selebar 2meter yang saya sedang lalui (dan jalani dengan tabah).

Kegelapan ini lah yang membuat saya bisa lihat bulan atau bintang-bintan di langit. Tapi agak susah karena kanan dan kiri isinya pepohonan semua rada lebat. Tiba di lebah pun saya harus nyebrang sungai kecil yang mana saya takut kaki saya mengarah ke bahu jalan dan terperosok ke bantaran sungai hahaha lebay! Tapi emang seru, sih kalau dipikir-pikir saya nekat, ini udah kayak jurit malam di kala ikut kegiatan pramuka atau tantangan dari klub pecinta alam kali, ya!

Sampai pada saatnya saya harus berjalan nanjak kembali dan saya lihat semak-semak di sebelah kiri saya. Ada titik kuning terang banget! Itu titik kuning terlihat bercahaya sendiri dan terbang naik-turun dengan lembut, melayang di antara rimbun semak-semak di bahu jalan. Itu kunang-kunang! Ya ampun, saya sampai bahagia dan terharu sendiri bisa menemukan seekor kunang-kunang tersebut di semak-semak antara tepian kebun dan bahu jalan.

Sedih, senang, terharu karena pernah lihat sekelompok kunang-kunang banyak banget itu udah lama sekali saat saya masih kecil menginap di desa kampung halaman ayah saya di dusun Sekartaji. Sedih, lah guys memikirkan nostalgia di masa saya kanak-kanak menghabiskan waktu di desa asal saya bisa ketemu banyak kunang-kunang di malam hari dekat dapur rumah mbah saya. Saat itu saya sama mama, ayah dan adik laki-laki saya sama-sama menyaksikan kunang-kunang terbang segambreng di natah (pekarangan) di depan dapur.

Sorry fireflies, your habitat has been diminished by humans. After that I got home safely, and I told my husband about what I’ve seen. “you can’t belive this! I saw a firefly when I was walking to our neighbourhood village!”

Saya ingat pernah juga, kok, kedatangan tamu seekor kunang-kunang masuk ke kamar tidur kami. Saya, Kalki, Kavin, dan suami sampai terpesona dibuatnya. melihat kunang-kunang itu hidup, mahkluk hidup berpendar dan cantik sekali kemilau cahaya dari badannya. Ada yang bilang kunang-kunang itu dari kukunya orang yang sudah mati. Haduuuuh apaan, sih…!? Hihihi… Kunang-kunang itu hewan, mahkluk hidup seperti nyamuk, lalat, kelelawar, anjing, kucing. Dan dia sangat cantik.

Kalau kita jarang menemukan atau menjumpai hewan tersebut, biasanya kita akan terkejut dan kemunculannya dikonotasikan sebagai sesuatu yang mistis dan tak biasa. Yhaaaa iya lah, orang mereka hewan nokturnal. Coba aja cari musang dan kelelawar di saat hari terang. Nggak kelihatan dan jarang ketemu kan? Orang mereka tipe hewan malam yang keluarnya saat hari gelap.

I’ve seen magnificent creatures like dragonflies, ladybugs, bees, butterflies, birds, mantis, cobra, phyton, fireflies, bats, civet (musang atau lubak/luwak keluarga Viverridae), squirell, mole (tikus tanah yang suka gali tanah keluarga Talpidae), monitor lizard (biawak keluarga Varanidae) live freely in this village area. Thus, I’m so grateful that I still live in the area full of vegetation and very natural resources/ecology.

Kalau kamu pernah ketemu hewan malam atau nokturnal, nggak? Jangan kaget ya kalau ketemu mereka, bisa berhati-hati saja. Mereka adalah bagian dari ekosistem, yang menjaga ekologi kita. Sebagai manusia sebaiknya kamu juga bijak berbagi ruang hidup dengan hewan-hewan tersebut. Selama ini saya ada keiinginan juga, nih. Buat bertemu berang-berang di habitat aslinya. ketemu otter. Duh, lucu banget mereka hewan yang rajin bikin bendungan dan menggemaskan.

Selain itu pengen ketemu sigung (skunk) dan rakun (raccoon) juga. Udah ah, sebelum banyak maunye hehehe… Ntar kepengen ketemu beruang grizzle, musang merah (fox), serigala, hyena, zebra, buaya, dll lagi… Ye, kalau di Kebun Binatang Surabaya (KBS), Taman Safari Prigen, dan di Bali Zoo, sih udah pernah. Di alam liar, habitat asli mereka kan wow amazing banget kayak di sabana Asia atau Afrika gitu. Mumpung tinggal di Asia tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati yang mana termasuk bervariasinya mahkluk hidup baik flora dan fauna.

♡ Love the amazing nature, Intan.

Review Make + Sense Tearless Head to Toe Wash Ramah di Kulit Anak dan Ramah Lingkungan

Hai, akhirnya saya review produk perawatan tubuh lagi. Setelah mengulas pembuatan makanan dan minuman sebelumnya, mari saya kembali lagi mencatatkan pengalaman pribadi dalam menggunakan produk natural yang menyehatkan kulit serta memanjakan our senses dan ramah lingkungan.

Bathroom Habitat: Make + Sense by @organicbeauty.id

Waktu itu saya mencoba dua varian sabun multifungsi yang bisa dijadikan shampoo, sabun badan dan sabun muka sekaligus. Satu untuk anak-anak saya dan satu lagi buat saya dan suami. Barusan saya sempat ngobrol juga sama mbak Citta Flo, bahwa HTTW itu pHnya disesuaikan untuk seluruh bagian kulit (termasuk rambut, ya) sehingga dibuat semild mungkin jadi nggak bikin perih di mata. HTTW apa yang udah habis saya pakai? Antara lain ada:

Make + Sense (Tearless) Head to Toe Wash ARMAND


Scent:
Rosewood | Lemon

Sulfate-free, nonsoap head to toe wash. Free from parabens, synthetic fragrances and other harsh/harmful chemicals. All biodegradable, clean & natural-allowed ingredients, ECOCERT comply formula.

Note: SAFE FOR KIDS BELOW 3 YEARS OLD (AND PRACTICALLY EVERYONE)

Isi: 8.45 fl.oz/ 250ml
Bentuk isi: cairan bening yang cukup kental
Harga: Rp 139.900 (beli Desember 2019)
Kemasan: wadah botol pump dari aluminium
Masa pakai optimal: baik digunakan dalam 12 bulan setelah diproduksi

Bahan: Aqua, Sodium, Lauroyl, Methyl Isethionate, Cocamidopropyl Betaine, Sodium Methyl Oleoyl Taurate, Lauryl Glucoside, Coco Glucoside, Glycerin, Natural Betaine, D-Panthenol, Essential Oil, Cyamopsis tetragonoloba (guar) gum, Benzyl Alcohol, Benzoic Acid, Dehydroacetic Acid, Lactic Acid. ECOCERT comply (mungkin kamu ingin tahu lebih lanjut yang dimaksud ECOCERT comply, bisa klik tulisan saya sebelumnya tentang Apa itu Skincare Natural)

Cara Pakai: basahi terlebih dahulu tubuh lalu tekan pompa botol untuk mengeluarkan cairan sabun. Tuang secukupnya dan balurkan ke seluruh tubuh. Karena ini HTTW (Head to Toe Wash) yang berarti bisa dipakai dari rambut hingga ke kaki jadi bisa digunakan keramas dan juga sebagai pembersih wajah.

Saya suka banget dengan konsep produk Make + Sense ini karena kemasannya waktu itu dijual dengan botol pump aluminium, dan bisa refill. Namun karena imbas pandemic COVID-19 menjalar kemana-mana tidak hanya di China saja, maka kemasan aluminium ini udah nggak tersedia oleh Make + Sense, diganti dengan kemasan botol PET dan mungkin masih ada yang pump, tapi juga disediakan dalam botol PET bertutup flip.

Kenapa waktu itu tertarik beli produk Make + Sense, karena saya cari sabun yang ramah buat anak-anak alias tidak pedih di mata. Lalu ternyata Make + Sense ini punya varian pembersih yang bisa buat dari ujung kaki sampai kepala jadilah saya mencoba membelinya.

Kalki dan Kavin itu kalau dikeramasin suka rada rewel pas busa sabun kena matanya. Pernah dulu beli Eskulin Kids Two-in-One yang bisa buat keramas juga sebagai body wash, harganya terjangkau dan bisa dibeli di minimarket terdekat. Tapi itu produk konvensional, ada harsh chemical di dalamnya. Tidak terlalu baik untuk kesehatan kulit anak dalam jangka panjang. Selain itu kalau ada fragrance sintetis, cuma dapat wangi sesaat tapi nggak dapat efek terapeutik lebih dalam lagi bagi kesehatan.

Kulit anak-anak saya cenderung mudah kering. Permasalahannya berbeda semua. Kalki lebih rentan terhadap gigitan nyamuk sehingga mudah gatal. Saat bentol-bentol gigitan nyamuk itu bikin gatal, maka nggak tahanlah dia garuk hingga luka, jadilah mudah koreng. Atau menimbulkan bekas-bekas luka akibat garukan. Duh, banyak banget, deh, bentol, luka, dan bekas luka di kaki Kalki yang udah terlihat kayak macan tutul.

Nah, kalau Kavin kulitnya lebih tahan terhadap gigitan nyamuk Dia lebih jarang, sih, bentol-bentol dan nggak sampai koleksi koreng bekas luka akibat garukan kayak kakaknya. Tapi kulit Kavin cinderung lebih kering dan gampang timbul eksim. Kalau udah eksim kayak ada bercak dengan warna lebih pucat di tulang kering kakinya. Kebanyakan sih nggak bikin gatal, hanya kulitnya jadi bener-bener kering dan berbecak lebih putih. Syukur sekarang udah nggak pernah muncul eksim begitu lagi.

Dengan dua permasalahan kulit yang berbeda anatara Kalki dan Kavin, saya cukup terbantu dengan HTTW Armand. Baik adik dan Kakak sama-sama suka aromanya Armand. Wnaginya menyegarkan dan khas fresh fruity gitu untuk anak-anak. Pakai untuk keramas dan cuci muka Kalki dan Kavin pun nggak pakai drama, karena saya bilang ke mereka, “coba aja melek, dek, kak, nggak perih kok sabunnya.” Dan bener aja mereka berani coba melek pas keramas, nggak rewel lagi deh masalah sabun bikin perih mata.

Untuk di kulit anak-anak Armand bikin lembab banget. Bahkan saat dibilas, kulit bakalan terasa licin gitu saat masih basah. Anak-anak sih nggak terlalu pas dengan rasa licin di kulit mereka saat masih basah. Jadi mereka berasa kayak belum tuntas gitu bilas sabunnya. Tapi kalau pas udah pakai handuk dan kering, enak kok di kulit. Segar, melembabkan dan nggak bikin kulit anak-anak saya kering lagi….

Pinter banget sih, Mbak Win bikin sabun nggak pedih di mata buat anak-anak. Baunya bikin seger dan semangat tapi bukan bau synthetic fragrance, ya. Ini bau essential oil blend. Essential oil blend punya manfaat terapeutik yang lebih bagi penggunanya bukann hanya saat dihirup tetapi juga saat diaplikasikan ke kulit meski hanya beberapa menit saja saat mandi. Bahan liquid HTTW pun biodgradable untuk lingkungan, tidak menyebabkan pencemaran bagi ekosistem air.

Yuk kita lanjut bahas HTTW varian Infinite…

Make + Sense (Tearless) Head to Toe Wash INFINITE

Scent:
Vanilla | Peppermint

Head to toe wash non saponifikasi. Dapat digunakan sebagai shampoo maupun sabun badan. Bebas sulfat, paraben, pewangi sintetis dan bahan berbahaya lainnya. Diformulasikan sesuai dengan standarECOCERT, dengan bahan-bahan yang dapat diurai oleh alam serta memenuhi standar natural.

Catatan: TIDAK DIREKOMENDASIKAN UNTUK ANAK DI BAWAH 3 TAHUN KARENA MENGANDUNG MENTHOL.

Isi: 8.45 fl.oz/ 250ml
Bentuk isi: cairan bening yang cukup kental
Harga: Rp 139.900 (beli Desember 2019)
Kemasan: wadah botol pump dari aluminium
Masa optimal: baik digunakan dalam 12 bulan

Bahan: Aqua, Sodium, Lauroyl, Methyl Isethionate, Cocamidopropyl Betaine, Sodium Methyl Oleoyl Taurate, Lauryl Glucoside, Coco Glucoside, Glycerin, Natural Betaine, D-Panthenol, Essential Oil blends, Cyamopsis tetragonoloba (guar) gum, Benzyl Alcohol, Benzoic Acid, Dehydroacetic Acid, Lactic Acid. ECOCERT comply.

Cara Pakai: basahi terlebih dahulu tubuh lalu tekan pompa botol untuk mengeluarkan cairan sabun. Tuang secukupnya dan balurkan ke seluruh tubuh. Karena ini HTTW (Head to Toe Wash) yang berarti bisa dipakai dari rambut hingga ke kaki jadi bisa digunakan keramas dan juga sebagai pembersih wajah.

Kalau Armand buat Kalki dan Kavin, nah.. yang satu ini buat mama dan juga papa (sesekali). Sama seperti Armand, HTTW yang ini juga bikin lembab di kulit meski setelah dibilas berasa licin. Aromanya beda dengan Armand yang ceria dan fruity, ini bagi saya lebih deep dan dingin. Kenapa deep, karena aroma vanilla bagi indera penciuman saya (iyesh my smelling sense) itu berat.

Sedangkan aroma peppermint tuh kayak renyah dan lebih airy ringannya. Wih perpaduan yang gemilang, ya Miss Bunny. Mbak Wina a.k.a Miss Bunny creatornya memang menciptakan perpaduan-perpaduan campuran minyak atsiri gemilang dalam produk perawatan tubuh Make + Sense. Dulu di akun Tokped yang lama Miss Bunny memberi diskripsi gambaran wangi produknya itu dengan cerita yang unik. Seperti Armand itu kisah aromanya kayak anak kecil yang menendang bangun dari tidur. Kalau Infinite tentang pegunungan kayaknya, saya udah lupa, deh.

Duh, saya suka dan jatuh hati sama Infinite ini. Karena apa, dari nama aja udah suka. Maklum lah waktu beli masih ngeraba-raba, karena tidak dapat mencium aroma produknya langsung jadi saya menimbang dari deskripsi aroma yang digambarkan oleh Miss Bunny di deskripsi marketplace, dan sambil nanya langsung juga di Instagram. Infinite, tidak terbatas kan, jadi rasanya emang pas mandi angan menerawang jauh tak terbatas, antara terbang dan termanjakan hampir semua panca indera saya. Emang bener, secara visual juga produk ini digambarkan dengan gunung, saya suka lihatnya. Karena ada memori first kiss dengan papa di gunung, eaaa…

Anak-anak juga suka bilang bahwa sabun mama itu yang gambar gunung, sabun Kalki dan Kavin itu yang gambar beruang. Matching, ya visualisasi kemasan varian sabun yang kami pakai. Armand diwakilkan oleh beruang kutub, Kalki dulu waktu masih di kandungan, saya panggil dia sebagai ‘baby bear’ tapi saya merujuk spesifik ke beruang grizzly, sih. Papa dan mama pun dulu jadiannya di gunung Papandayan, Garut (eaa lagi) jadi cocok diwakilkan oleh visualisasi gunungnya Infinite. Duh rasanya dulu pas masa itu sama papa emang infinite, something beyond our emotion, our senses.

Duh, kebetulan nih, efek dari peppermint itu emang nyegerin di kulit terasa ada cooling efek yang membuat penat hempas seketika. Karena memang terasa adem di kulit. Jadi kalau saya capek abis kerja itu enakan jadinya setelah mandi, nggak suntuk lagi hehe. Sedangkan aroma vanilla yang deep ini bisa bermafaat sebagai aphrodisiac. Uwuwu, vanilla punya efek sexual desire arousing, hati-hati kawan yang masih jomblo karena belum ada lawan main, cari aman aja. Buat pasutri ya bisa lanjut kalau tertrigger ehehe.

Kalau bagi saya pribadi, yang emang hampir memiliki hasrat yang konstan jadi nggak terlalu sexual desire arousing, kok. Yangs saya rasakan ya hasrat yang konsisten saja. Jadi abis mandi dengan infinite bakalan ter-trigger untuk bercumbu itu rasanya tidak sama bagi semua orang, tergantung tipe sexual desire kamu, bisa jadi kamu sebegitu fiery-nya, bisa saja.. Saya pakai aromatheraphy spray Love Speel dari Botanina saja, juga tidak terlalu trigger jadi lebih hot ke saya, nggak tau bagi suami gimana, ya. Tapi yaitu, kalau hasrat itu sudah ada secara konstan jadi ya tetap hadir di sana.

Nah, itu dari sisi aphrodisiac property dari minyak atsiri vanilla yang dikandung oleh Infinite, ya. Sekarang beralih ke kualitas yang satu lagi, nih, yaitu emmenagogue. Wuuh yang ini efek terapeutiknya mantep banget ke saya. Bukan setelah sekali atau dua kali mandi pakai Infinite, tapi setelah udah lama pakai, ada kali 1 bulanan. Langsung berasa pas periode haid berikutnya mau dating, maka datanglah dengan lancer tanpa bercak-bercak inisiasi dulu sebelumnya seperti biasa. Langsung kayak bendungan ambrol, mak!

Dari dulu saat masih remaja, haid saya emang rutin, setiap bulan sekali dan selalu maju satu minggu (yang ini terjadi setelah pasang IUD). Jadi datangnya si tamu bulanan ini biasanya pakai pertanda dulu berupa cairan berbercak darah sedikit-sedikit aja. Baru setelah itu hari ketiga aliran lancar dan deras. Hari keempat, kelima dan keenam udah mulai biasa aja, nggak heavy flow.

Nah pas saya pakai Infinite ini, haid saya datang secara tiba-tiba, emang sesuai jadwal kayak biasanya, tapi ngalirnya langsung deres banget! Saya sampai pening. Terasa pusing banget karena banyak darah langsung keluar. Dan yang biasanya saya haid bisa sampai 6 atau 7 hari, ini selesai dalam waktu singkat saja cukup 5 hari langsung kelar, bersih, beres. Wow!

Oh ya, kadang saya pakai keramas pakai infinte, kadang cuci muka juga pakai ini tapi itu kadang-kadang aja. Karena saya udah pakai shampoo dan facial cleanser tersendiri, jadi Infinite ini saya fokuskan untuk badan. Saya juga bawa Infinite spare di botol yang lebih kecil untuk dibawa kemana-mana. Just in case of kepepet, saya sedia sabun, shampoo dan facial cleanser sendiri jadi satu. Kalau lagi pergi berenang atau nginep di mana sama anak-anak, saya bawakan Armand dalam botol lebih kecil.

Dan sedikit cerita di dunia perbelanjaan online saya. Gara-gara ingin beli Make + Sense inilah akhirnya saya unduh aplikasi marketplace Tokopedia. Dan pertama kali beli produk di sana yaitu beli Make + Sense. Sampai di awal sempat nanya-nanya juga ke mbak Wina, gimana mekanisme purchasing di Tokped hihihi.

Dan dapatlah saya cashback OVO point yang begitu banyaknya Rp 55.960 karena dulu ada voucher cashback gitu. Lumayan bisa dipakai buat transaksi berikutnya. Dan mbak Wina memproses pesanan cepat juga, lho. Begitu pesan tanggal 17 Desember 2019 langsung kemas dan kirim hari itu juga. Paket saya dari Tangerang pun datang di Tabanan, Bali tanggal 20 Desember 2019.

Kemasan paket Make + Sense juga bagus banget, pakai kardus dan bubble wrap yang digunakan kembali dan diikat karet gelang ke botol sabunnya. Selebihnya kardus direkatkan pakai gummed tape. Ada penyok dikit di botol saya. Tapi isinya aman. Sekarang produk Make + Sense udah dijual dalam kemasan botol PET.

Ada penambahan kemasan yang lebih travel friendly yaitu 100 ml dan bahkan ada juga kemasan jumbo buat stok dan isi ulang sebesar 500 ml dan 1 L. Cuma maaf ya, karena saya rada irit, dan hemat-hemat pakai Infinite, jadi lupa kapan habisnya. Kayaknya dalam 4 bulan untuk pemakaian sendiri, apalagi ada yang saya spare di botol kecil. Kalau Armand kurang-lebih habis duluan karena dipakai barengan dua anak.

Hari ini akhirnya saya pesan lagi produk Make + Sense, kali ini saya mau coba Twin Flame yang limited edition itu. Yang ini khusus sebagai body wash saja, bukan HTTW. Karena dalam pertama kali memilih, sebenernya saya mencoba Infinite itu karena impresi deskripsi gambaran aromanya dan terpesona dengan kombinasi perpaduan minyak atsirinya, selain juga memerlukan fungsi HTTW-nya seperti Armand yang cocok untuk anak-anak saya.

Sedangkan Twin Flame yang akan datang ini perpaduan minyak atsirinya adalah Rosa Damascena dan Santalum Album alias Rose and Sandalwood. Waaaah kok cocok banget, nih dengan rekomendasi guru praktisi Ayurveda Kimana Nichols dan Zia Kusumawardini, bahwa konstitusi dominan pikiran dan tubuh saya adalah Pitta, dan pitta itu elemen dari air dan api yang cenderung panas. Cocok diademin pakai minyak atsiri mawar dan cendana. Aduh top list eo untuk menyeimbangkan Pitta, udah cocok banget iniiii!

Dan kali ini saya mau dikasi free sample sama miss Bunny, aaah senangnya.. Karena kebetulan HTTW Make + Sense udah pada habis dan saya udah ngumpulin budget buat beli Make + Sense lagi. Like a dream comes true plus a surprise bonus! Sebelumnya saya juga pernah tanya juga di grup White Label Skincare dulu, gimana sih kok ada yang pada dapat free sample gitu, kan ingin juga dapatnya hihi…

Makasih banyak Miss Bunny. Emang saya udah tau kalau dikasi bonus karena tadi DM di Instagram, tapiii… we’ll see, we’ll see which variant that she’ll give me. Interesting! All the variants of Make + Sense are indeed interesting. Selanjutnya saya juga mau nyobain Le Pèchè Mignon sebagai facial wash dan Pristinity buat desinfeksi matras yoga saya.

Oke sekian dulu review di bulan September ini. Minggu depan saya udah mulai masuk kelas tutorial online untuk perkuliahan semester 5 jadi sementara akan mengurangi aktivitas ngeblog dulu. Dan juga sambil masuk kelas Holistic Beauty Detox by Zia Kusumawardhani, so it’s an intense double class that I will attend in the last of September.

Bye, love. See you again very soon!

️ Intan Rastini

Resep Tepache Minuman Khas Meksiko yang Nyegerin – How to Make Your Own Tepache

Asyik, nih kami baru aja panen satu buah nanas. Ukurannya cukup kecil tetapi rasanya manis sekali karena dibiarkan benar-benar matang dahulu sebelum dipanen. Saya senang banget akhirnya bisa eksekusi pembuatan tepache.

Panen nanas di rumah

Menurut kamus Encarta, tepache adalah…

Mexican alcoholic drink: a Mexican alcoholic drink of varying strength, usually made by fermenting pineapple, sugar, and water

Cara pembuatannya pun mudah, memanfaatkan sisa kulit nanas.

Bahan:

1. Kulit dari 1 buah nanas dan bonggolnya, nanas ukuran kecil
2. 500 ml air
3. 100 gr gula merah

Alat:

1. Toples kaca
2. Sendok kayu
3. Kain bersih untuk menutup toples kaca
4. Karet atau tali untuk mengikat kain yang ditutupkan ke toples

Cara membuat:

1. Cuci bersih kulit nanas dengan air mengalir. Bisa diikutkan juga barisan bulatan hitam di daging buah.

2. Irisi-iris gula merah dan larutkan ke dalam air dengan di aduk-aduk sampai larut seluruhnya.

3. Rendam kulit nanas dan bonggolnya pada air larutan gula dalam wadah toples kaca, aduk-aduk dan pastikan terendam semua bagian kulit nanasnya.

4. Tutup toples dengan kain bersih dan ikat dengan karet atau tali.

5. Dalam 24 jam, cek cairan. Jika muncul buih putih dan gelembung di permukaan, fermentasi dianggap berhasil.

6. Biarkan terjadi proses fermentasi selama 3 hari. Letakkan di suhu ruang. Semakin lama dibiarkan, rasa Tepache akan semakin kuat. Tiap 24 jam sekali, buih-buih putih dapat dibersihkan sembari diaduk.

7. Setelah 3 hari, saring tepache dari kulit nanas dan masukkan ke kulkas saat mau disajikan. Ampas berupa kulit nanas bisa dibuang ke komposter.

Jika suka, dapat ditambahkan kayu manis, cengkeh, star anise, atau jahe saat perendaman kulit nanas ke air gula. Sesuaikan saja dengan selera. Kalau saya menggunakan tambahan cengkeh kering 6 biji.

Minuman fermentasi khas Meksiko ini mengandung probiotik, kaya enzim dan kaya vitamin C. Udah gitu seger pula rasanya. Kalau tidak terlalu suka manis atau ingin ditambahkan air juga bisa, langsung diminun pun bisa. Kalau menurut saya dengan resep di atas, tingkat  kemanisan dan kekuatan hasil fermentasinya sudah pas untuk diminum langsung.

Saat saya membuat tepache, Kavin antusias sekali mau mengaduk tiap malam. Bahkan Kavin yang paling suka dengan aroma tepache dengan bau nanas yang kuat. Mungkin karena kami menggunakan nanas yang masak jadi aromanya tercium manis.

Rasanya emang segar sekali! Tambahkan es batu dan tepache pun siap diteguk. Kavin suka sekali dengan minuman ini. Sedangkan Kalki tidak terlalu antusias. Kavin emang doyan banget makan duren jadi dia suka dengan rasa yang agak keras sepeti duren. Kalau Kalki sih, tidak suka duren sama sekali, mencium baunya saja sudah tidak suka.

Ini tepache yang saya jadikan oleh-oleh untuk teman-teman saya

Hari Minggu kemarin saya sempat bawakan Tepache untuk Iin dan Laura, saya juga menantang mereka untuk membuatnya sendiri. Mari kita lihat apakah mereka berhasil dan suka dengan tepache.

Selamat mencoba, ya. 😊

Karena saya juga menantang Laura maka saya tulis resep Tepache dalam bahasa Inggris di sini:

How to Make Tepache

Ingredients:

1. Pineapple peels from 1 piece of the fruit
2. 500 ml water
3. 100 gr palm/coconut sugar

Tools:

1. Glass jar
2. Wooden spoon
3. Clean napkin to close the glass jar
4. Rope or rubber band to tie the napkin

How to make it:

1. Clean the pineapple peels with water and drain.

2. Cut the palm/coconut sugar into smaller parts to be easily diluted with 500 ml water in the glass jars. Put the sugar and water in the glass jar and stir well until all the sugar parts are diluted.

3. Soak the pineapple peels in the glass jar, and make sure all the peels get into the water of sugar. You can stir it for a while. If you like more aromatic spice, you can add some dried clove buds, star anise, ginger or cinnamon. Or even without any kind of them at all is totally fine.

4. Close the glass jar with napkin and rope or rubber band. Store it in a room temperature.

5. Open and check every 24 hours. If you see white foam or bubbles it means the fermentation proccess is successful. You can skim the foam and bubbles and then occasionally stir your teapche.

6. Let it be fermented for 3 days or as long as you want it. The longer days the fermentation process happens, the stronger sparkling sensation that you will get. For me 3 days fermentation is enough and good.

7. After 3 days, strain your tepache and you can keep it in a different bottle and store it in the fridge or add some ice cubes then drink it straight away. Your pineapple peels after making tepache now can be stored to the compost bin.

❤️ Intan Rastini

Salt Scrub Bamboo Charcoal by Utama Spice

Dulu saya pernah jalan-jalan ke seputaran Gianyar, jadi mampirlah ke Ubud bersama teman relawan mengajar saya dari Belanda, Isabelle namanya. Saya ajakin Isabelle, “Do you mind if I visit a shop nearby?”

Dia setuju, makanya kami cusss mampir kesana. Ke toko Utama Spice yang di Monkey Forest. Saya pernah tulis juga di sini. Di sepanjang jalan Monkey Forest, Ubud, terdapat beberapa ekor monyet berkeliaran, bahkan sampai naik ke atas pertokoan. Kayaknya itu udah jadi pemandangan yang lumrah di sana. Monyetnya tidak terlalu agresif, kok. Nampaknya mereka udah biasa hidup berdampingan dengan manusia di sana.

Yuk, lanjut. Jadi ini produk Utama Spice pertama yang saya pakai. Yaitu Salt Scrub. Utama Spice punya 3 varian Salt Scrub, yaitu: Pink Rosella, Ocean Breeze, dan Bamboo Charcoal. Varian ini berbeda warna salt scrubnya, Pink Rosella berwarna pink, Ocean Breeze berwarna Biru, dan Bamboo Charcoal berwarna hitam.

Gambar pinjam dari utamaspice.sg

Saya beli scrubnya tanggal 19 Januari 2019. Saat itu saya punya kartu BPR Lestari dari komunitas lari RIOT sehingga saya bisa dapat potongan harga 20%. Harga scrub yang harusnya Rp 88.000 pun saya beli dengan potongan menjadi Rp 70.400. Lumayan banget. Soalnya bagi saya harga untuk salt scrub segitu tidak lumayan terjangkau. Tapi dari berbagai opsi body scrub aman dan alami yang saya tau saat itu, saya pilih scrub Utama Spice sebagai yang paling affordable.

Saya pikir-pikir juga sebelum membeli dari melihat dan membandingkan berbagai pilihan produk yang ada di pasaran. Baru memutuskan body scrub natural dan ramah lingkungan apa yang cukup bisa dibeli oleh dompet saya… Ini juga demi kesehatan dan lingkungan (baca juga post saya sebelumnya mengenai apa itu natural skincare).

Saya ga mau lagi pakai scrub dari butiran microplastic. Selain itu, karena harganya lumayan, saya pun pakainya irit-irit seminggu sekali atau dua minggu sekali. Saya pakai body scrub ini bisa habis dalam waktu kurang lebih 1,5 – 2 bulan.

Bamboo Charcoal Salt Scrub 100% Natural Utama Spice

Isi: 100 gram
Harga: Rp 88.000

Keterangan kemasan: This is packed with activated bamboo charcoal to help detox your skin, combined with salt and rice powder this scrub will gently exfoliate dead skin cells. Rice powder and salt scrub with activated bamboo charcoal will exfoliate your skin, removing dead skin cells and detoxing your skin.

Dead cells can make the skin look tired, dull, and dry. Uncover the fresh skin that lies beneath with a natural sea salt scrub. The addition of charcoal powder provides a detoxifying benefit that removes toxins from the pores and draws out impurities. Synthetic exfoliators can harm the skin and cause irritation, but natural products beautify and soothe. Citrus oils can brighten the skin and give you a youthful glow that lasts, while lifting the spirits with an invigorating scent.
• Charcoal draws out toxins and impurities.
• Provides a youthful glow.
• All natural ingredients soothe and heal the skin.

How to use: Place Bamboo Charcoal Salt Scrub in a bowl and apply while in the shower, scrub well and rinse well. Your skin will be super duper SOFT!!
Recommended use once a week.

Made with: Sea Salt, Oryza Sativa (Rice) Powder, Activated Bambusa Arundinacea Charcoal Powder, Citrus Grandis (Grapefruit) Peel Oil, Citrus Limon (Lemon) Peel Oil, Citrus Tangerina (Tangerine) Peel Oil, Citrus Sinensis (Orange Sweet) Peel Oil.

Ini perbandingan ukuran dengan botol bekas Kombucha yang saya isi minyak VCO

Pertimbangan awal yang saya pikirin sebelum membeli scrub ini adalah kemasannya. Kemasannya lucu banget emang, dari gelas kaca yang ada kupingnya. Tutupnya screw top dari aluminium. Ukurannya mini. Berisi salt scrub yang kering. Kalau dibilang awet, ya cukup awet scrubnya, karena bentuknya kering. Saya jaga juga saat mengambil isinya supaya jangan sampai kemasukan air.

Nanti wadah kemasan Salt Scrubnya bisa digunakan kembali untuk menyimpan bamboo or silicone cotton buds misalnya.

Di toko Utama Spice pengunjung bisa mencoba tester product yang memang untuk dicoba. Tapi saya ngga mau nyobain atau memncium aroma produknya yang ada tulisan “try me” itu. Biarlah jadi kejutan, karena saya harus memilih di antara tiga varian, warna pink, warna biru dan hitam.

Akhirnya saya pilih yang warna hitam, yang mengandung bamboo charcoal. Bahan utama penyusun lainnya ada garam laut dan bubuk beras. Sisanya adalah aroma dari minyak atsiri. Aromanya enak banget! Iya aroma berbagai jeruk. Ada aroma dari jeruk manis, grapefruit, lemon, dan tangerine.

Kadang saya minta bantuan suami gitu untuk lulurin bagian punggung. Suami saya ternyata senang mencium aroma scrub ini. Wah, biasanya suami saya ogah balurin lulur yang wanginya menyengat atau ngga sesuai dengan selera dia, tapi yang ini malah bikin betah.

Untuk cara pakainya, biasa saya ambil secukupnya di wadah atau mangkok dulu supaya scrub yang di wadah gelasnya tetap kering. Lalu balurkan ke badan yang sudah dibasahi sebelumnya. Pertama-tama saya mandi dulu pakai sabun. Setelah mandi, kulit yang masih basah setengah kering baru dibalurin scrub. Baru digosok-gosok dengan lembut. Setelah puas menggosok scrubnya baru dibilas sampai bersih. Sudah, deh.. Kulit jadi halus dan bersih. Bebas dari sel kulit mati dan kekusaman.

Karena terbuat dari garam laut dan bubuk beras, rasanya asin pas kena bibir. Soalnya kebiasaan saya juga pakai scrub di muka pas luluran, jadi bibir bisa berasa tebel keasinan kalau kelamaan dibiarkan scrubnya menempel disana. Tapi ini body scrub ya, meski begitu tetap aja saya suka pakai scrub alami di wajah, kan bahannya aman untuk kulit.

Untuk lingkungan juga aman, dong. Scrubnya lembut selembut garam. Meski bulirnya dari fine salt, bakalan tetap terasa kok butir-butiran scrubnya. Tidak mengotori lantai kamar mandi juga, soalnya garam mudah larut di air. Bubuk berasnya juga aman akan terurai dan nggak mencemari alam. No beads from microplastics! So, the residue of my scrubbing time is safe to be rinsed to the environment.

❤️ Intan Rastini