Mr Mario My Musician Neighbor

Saya kagum mengetahui ada seseorang yang begitu cinta dan passionate terhadap suatu kegiatan. Saking sukanya, sampai kegiatan itu dilakukan pagi, siang, sore, dan malam. Hampir setiap hari dan hampir sepanjaaaang hari. Orang tersebut tidak jauh-jauh adalah tetangga saya sendiri di sebelah utara rumah. Beliau adalah pak Mario yang hobi bermain alat musik tradisional Bali bernama rindik. Rindik ini adalah alat musik pukul yang terbuat dari bambu.

Pak Mario adalah seorang petani biasa yang hidup sederhana. Tetapi beliau sukses membuat hari-hari saya selama tinggal di desa ini jadi lebih ceria dan tidak merasa sendirian. Saya akan ceritakan awal mulanya sedikit, ya. Dulu waktu saya masih pacaran sama suami saya, saya beberapa kali pernah main ke kampung halaman pacar saya. Dari situ saya udah mendengar ada permainan alat musik bambu yang jarak sumber suaranya itu tidak jauh dari rumah pacar saya.

Sampai setelah menikah, dan saya menetap di rumah yang berada di kampung halaman suami saya ini, suara permainan musik pak Mario bisa semakin rutin saya dengarkan. Dari awal pagi, bisa mulai pukul setengah 6 pagi saya sudah bisa mendengarkan suara rindik ini. Di awal pagi bisa terdengar terus sampai siang. Kadang hanya terdengar sampai sekitar pukul 8 atau 9 pagi, karena mungkin pak Mario lanjut bekerja ke ladangnya. Nanti setelah jam makan siang bisa terdengar lagi alunan rindik hingga sore. Dan terus terdengar sampai malam  sekitar pukul 10 WITA.

Sebagian besar yang bisa saya dengar alunan musik rindik itu dimainkan sepanjang hari dan hampir tiap hari. Memang orang di desa ini bukan hanya pak Mario saja yang suka bermain rindik, tetapi suara rindik pak Mario lah yang paling dekat dengan rumah saya dan paling rutin terdengar. Alunan musik rindik ini merupakan hiburan gratis yang menyenangkan bagi saya. Benar-benar membuat hidup suasana desa tempat tinggal saya yang menurut saya sangat sepi, apalagi jika dibanding dulu saya tinggal di kota.

Dulu saat saya habis melahirkan lalu menyusui bayi saya, saya selalu merasa kesepian. Karena menjadi ibu baru itu rasanya seperti terisolasi dari kehidupan sosial, ditambah saya tidak punya teman di lingkungan tempat tinggal baru saya ini maka makin tambah menjadi-jadi rasa kesepiannya. Namun sayup-sayup selalu terdengar suara permainan rindik pak Mario dan itu menenangkan dan menghibur hati saya. Melalui alunan suara rindik tersebut, saya jadi selalu merasa seolah pak Mario menyampaikan pesan melalui permainan musiknya, “Ada saya di sini menemani mu”.

Bagaikan pelipur lara yang rendah hati dan tulus menghibur siapa pun yang mendengar suara permainan rindiknya, pak Mario masih tetap saja memainkan alat musik rindiknya sesuka hati, kapan pun beliau mau. Saat menuliskan posting blog ini pun saya sambil mendengarkan suara rindik yang dimainkan oleh pak Mario dan juga diiringi suara seruling yang ditiup oleh tetangga saya lainnya. Memang biasanya pak Mario bermain rindik secara solo sehari-hari, tetapi kadang juga terdengar ada sesi duet dengan permainan seruling tetangga sebelah rumahnya.

Pak Mario itu membuat sendiri rindik dari bambunya. Bahkan pada hari saya mendatangi rumahnya, pagi-pagi setelah saya selesai belanja di tukang sayur depan rumah, saya masih melihat pak Mario bermain rindik dengan perkakas berceceran di sebelahnya. Nampaknya pak Mario baru saja mengasah ulang atau memperbaiki rindik kesayangannya. Saat saya pergi belanja ke depan rumah, saya mendengar permainan rindik beliau, maka saya memberanikan diri tidak pulang setelah selesai membeli sayur dan lauk, melainkan melangkah terus melewati rumah saya dan masuk ke pemesuan (jalan setapak ke arah rumah) pak Mario.

Kenapa saya bilang memberanikan diri? Karena saya sudah lama ingin tulis cerita tentang tetangga saya yang hobi main rindik ini sejak lama, ingin menyertakan foto juga dalam cerita yang akan saya buat. Tetapi saya malu dan takut ditolak pak Mario dalam meminta izin untuk mendokumentasikan beliau. Nggak taunya pak Mario sangat welcome, lho. Jadi saya senang!

Saya datang dan menginterupsi pak Mario yang sedang bermain rindik di beranda bangunan ruang dapurnya. “pak, boleh saya ambil foto bapak main rindik, untuk buat cerita?”

Pak Mario mengizinkan saya untuk memotret dirinya. Bahkan beliau menganjurkan dari sudut mana saya sebaiknya mengambil foto :D. Bahkan menawarkan apakah rindiknya perlu diubah posisinya. Maka saya jawab, “Oh, tidak usah, saya mau foto seperti biasanya bapak main rindik saja.”

Setelah mengambil beberapa jepretan, men Mario datang dan menanyakan ada apa. Saya jawab bahwa saya ingin mengambil foto untuk membuat cerita tentang pak Mario yang suka main rindik. Kemudian men Mario masuk menuju ke dapur hendak melanjutkan aktivitasnya untuk memasak. Saya sempat bercakap-cakap dengan men Mario sebelum akhirnya berterima kasih dan pulang. Saat saya pamit dan bergegas pulang ke rumah di sebelah pun pak Mario tidak berhenti memainkan rindiknya.

Beliau begitu jago memainkan alunan isntrumental rindik. Biasanya yang dimainkan bertempo cepat meski pernah juga memainkan suatu musik dengan tempo yang lebih lambat. Saya juga pernah mendapati beliau memainkan lagu yang saya kenal dari Jawa, yaitu lagu “Gundul Gundul Pacul” dan lagu lainnya yang saya lupa namanya. Hati saya begitu terhibur mendengarnya. Mengingatkan akan masa kecil saya yang saya habiskan di Jawa hingga akhirnya saya menikah dan menetap ke Bali. Sisanya pak Mario memainkan alunan musik Bali yang tidak saya kenal, tapi akhirnya khas saya dengar dari permainan beliau.

Kembali saat saya baru melahirkan anak pertama saya, Kalki. Ayah dan mama saya datang untuk menengok dan menemani hari-hari saya sebagai ibu baru. Saya sempat cerita mengenai pak Mario kepada ayah saya, bahwa saya mendengarkan alunan musik rindik selama tinggal di sini. Saya akhirnya menanyakan kepada ayah apa tidak mau berkunjung ke rumah pak Mario karena ayah kan juga suka main rindik. Eh, nggak taunya beneran malam itu ayah saya main ke rumah pak Mario dan kata ayah saya mereka ngobrol sambil sebentar-sebentar main rindik. Ayah pun baru pulang dini hari dari rumah tetangga saya itu.

Sejak saat itu, kalau saya bertemu pak Mario kurang lebih yang ditanyakan kepada saya adalah, “ayahnya nggak pulang* ke sini?”

Jika saya jawab pulang kapan hari, pasti akan lanjut ditanya, “Kok nggak ada main ke sini (maksudnya ke rumah pak Mario)?”

Saya cuma bisa tersenyum 😊.

Ya, ayah saya bisa main rindik tetapi tidak sejago pak Mario. Saya sendiri tidak jago memainkan alat musik. Main rindik tidak bisa. Tetapi kalau Kalki atau Kavin tertarik untuk belajar memainkan rindik atau membuat rindik dengan pak Mario saya mau saja persilakan mereka belajar kepada beliau. Saya pernah sih, ajak anak-anak saya main ke rumah pak Mario sesekali. Saya udah dorong-dorong adik atau kakak untuk coba memainkan rindik pak Mario, bahkan pak Mario sendiri juga sudah mempersilakan. Tapi anak-anak saya agak malu-malu hihihi… Oleh Kalki memang beneran dicoba untuk dipukul rindiknya sebentar aja.

Di dusun lain (dusun lebih kecil dari desa), yaitu di bale bengong sederhana buatan kelompok wisata di desa saya… bale bengong itu seperti tempat duduk-duduk atau tempat bengong-bengong (maka dari itu namanya bale bengong) dari kayu… di sana disediakan rindik pula untuk dimainkan oleh siapa saja yang mau melepas penat di bale bengong tersebut atau untuk sekedar nongkrong. Kadang rindik itu menganggur, kadang ada yang bapak-bapak yang memainkannya. Kalki dan Kavin suka asal pukul dengan bebas bilah-bilah rindik tersebut. Kalau ada bapak-bapak yang sedang memainkannya, bakalan dilihatin oleh mereka sebentar (kalau kebetulan kami lagi main ke sana) 😊.

Terima kasih, ya, pak Mario telah menemani hari-hari saya dengan permainan alat musik traditional bapak yang alunannya indah. Teruslah berkarya, pak. Semoga nanti Kalki dan Kavin ada minat memperdalam ilmu bermain alat musik tradisional karena orang tuanya nggak bisa ngajarin sama sekali, cuma bisa menikmati saja hahahaha 😅.

Baca juga cerita tentang anak pak Mario (makanya dipanggi pak Mario, karena nama anak pertamanya adalah Mario): Just Married: Mary n’ Mario yang pernah saya tulis awal tahun 2014 lalu.

❤ Intan Rastini.

*Orang Bali yang merantau ke luar Bali, selalu diistilahkan ‘pulang’ jika mengunjungi Bali, karena Bali adalah kampung halamannya.

Nyepi 2020 dan Wabah Covid-19

Kegiatan Nyepi di tahun 2020 kali ini berjalan sangat sepi. Pasalnya rangkaian persiapan menyambut hari raya Nyepi telah diinstruksikan oleh berbagai pemerintah daerah untuk tidak mengadakan kegiatan yang membuat orang berkerumun dan berkumpul dalam jumlah banyak. Di desa saya, sejak tanggal 15 Maret sudah ada himbauan untuk belajar dan bekerja di rumah. Tetapi di kantor desa tempat saya bekerja sebagai kantor pelayanan publik belum menerapkan sistem bekerja dari rumah. Kami para aparat desa dan staf masih masuk seperti biasa dan masih melayani warga di bidang administrasi. Sedangkan di tempat kerja saya di yayasan, les pun diliburkan selama dua minggu.

Meski demikian, kegiatan adat di banjar tetap berjalan hampir seperti biasa untuk kegiatan persiapan Nyepi. Kegiatan ngayah di Pura Puseh Desa Angkah masih berjalan. Memang di desa kami tidak ada kebiasaan membuat dan mengarak ogoh-ogoh, sehingga kami lebih fokus ke persiapan mecaru dan melasti. Bagaimanapun juga kegiatan ngayah itu adalah wadah berkumpulnya banyak orang. Saya sendiri datang ngayah tetapi hanya menyetor urak banten yang menjadi bagian saya. Ngeri juga membayangkan bahwa masyarakat masih mementingkan adat dan kepercayaan mereka daripada logika pencegahan penyebaran virus Corona.

Untuk melasti yang harusnya membawa pratima ke laut, tahun ini telah mendapat instruksi untuk dilakukan di beiji yang ada di desa. Dari surat tersebut maka saya simpulkan kegiatan melasti tahun ini harus dilokalisir hanya di desa pakraman setempat. Biasanya desa kami melakukan melasti hingga ke Pantai Soka dan itu arak-arakannya bisa menggunakan truk, mobil dan motor. Jarak dari desa ke Pantai Soka ada sekitar 10 km. Saya takut juga membayangkan jika melasti berjalan seperti biasa di tengah wabah virus Corona ini, bisa-bisa warga desa kami dari berbagai penjuru yang merantau pada pulang kampung dan ikut melasti. Lalu para umat Hindu jadi satu bertemu di Pantai Soka, karena bukan warga desa kami saja yang melasti ke Pantai Soka.

Akhirnya iring-iringan melasti di Desa Angkah jalan ke Pura Pangkung Sakti sebagai pura segara desa. Pura Pangkung Sakti ini cukup dekat dari Pura Puseh, kurang lebih hanya 1 km. Jadi para pengiring bisa berjalan kaki dari Pura Puseh ke Pura Pangkung Sakti. Saya sendiri tidak ikut melasti, tetapi dari status Whatsapp yang saya lihat dari tetangga saya, ternyata yang ikut banyak juga! Bukannya dari surat edaran bersama dari Gubernur Bali, PHDI Dan MDA, peserta yang mengikuti melasti harusnya dibatasi?

Akhirnya hari Nyepi datang dan saya melakukan aktivitas di rumah saja, seperti yang sudah dilakukan oleh sebagian besar orang sejak datangnya penyakit akibat virus Corona di Indonesia atau sejak himbauan untuk membatasi aktivitas, hingga sekolah-sekolah dan kantor ditutup dan mulai menerapkan belajar dan bekerja dari rumah. Nyepi ini berjalan 24 jam, dari jam 6 pagi pada hari Rabu, 25 Maret 2020 hingga jam 6 pagi pada hari Kamis, 26 Maret 2020. Apa saja yang saya dan anggota keluarga saya lakukan di rumah?

Biasanya saya puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam, tetapi karena saya sedang tidak fit akibat sakit tenggorokan seperti kena flu, maka puasa tidak saya lakukan. Sebenarnya saya suka dengan konsep puasa untuk mendetoksifikasi badan dan saluran pencernaan saya, maka kali ini yang saya lakukan adalah membatasi makan dengan minum air putih dan makan buah saja. Selama hari Nyepi saya hanya makan buah pepaya dan buah naga serta minum air putih. Tidak makan yang lainnya.

Pukul 05.30 WITA saya bangun lalu minum air putih dilanjutkan dengan mandi. Setelah mandi, saya membuka halaman tutorial online untuk kuliah saya sampai pukul 06.15 WITA halaman tuton masih bisa diakses lalu akhirnya melambat dan terhenti. Akhirnya saya melanjutkan dengan kegiatan menulis blog tentang pengalaman saya, yang akan saya posting setelah post ini.

Lalu pukul 8.00 WITA saya melakukan latihan otot perut dengan aplikasi di HP yang bernama Abs Exercise selama 25 menit. Saya melakukan olah raga ditemani oleh Kalki, dia menghitung berapa jumlah repetisi yang saya lakukan. Saya sangat senang dan terbantu sekali dengan bantuan Kalki sehingga saya bisa fokus ke pernapasan dan otot tanpa lupa hitungan. Di sisi lain, adik Kavin sedang menggambar menggunakan Paint di laptop.

Pukul 09.00 WITA saya makan buah pepaya dan minum air putih. Setelah itu bercengkrama dengan anak-anak dan mengajak mereka belajar.

Pukul 10.00 WITA saya membaca buku kuliah Pengantar Statistik Sosial. Saya pikir kok relevan sekali dengan adanya wabah penyakit COVID-19 saya jadi banyak membaca data statistik di media.

Pukul 11.00 WITA anak-anak makan siang, sedangkan saya makan buah naga. Setelah itu saya ajak mereka untuk tidur siang. Eh, ternyata yang berhasil diajak tidur siang hanya Kalki, sedangkan Kavin masih asyik bermain dengan papa.

Pukul 13.00 WITA saya bangun tidur siang tetapi Kalki masih terlelap. Saya pun bangun untuk makan buah Pepaya dan ngobrol dengan suami.

Pukul 14.00 WITA saya kembali membaca buku modul Pengantar Statistik Sosial dan mengerjakan latihan soal hingga akhirnya menyelesaikan modul 2.

Pukul 16.15 WITA Saya selesai membaca buku materi kuliah dan ke halaman rumah untuk memandikan anjing peliharaan saya, Golden. Saat mau memandikan Golden, ternyata Kalki sudah bangun dari tidur siang dan ikut membantu memberi shampoo pada si guguk.

Pukul 17.00 WITA memandikan anak-anak.

Pukul 17.30 WITA saya melakukan yoga Surya Namaskar 12 putaran.

Pukul 18.00 WITA saya mandi. Lalu makan buah naga bersama Kavin. Dan anak-anak pun makan soto ayam dan ketipat yang udah dipersiapkan sehari sebelum Nyepi. Lalu saya belajar kembali, kali ini materi Writing 4, Unit 1 tentang Prewriting.

Menjelang malam, welcome to the absolute darkness! Saya selalu suka dengan gelap gulitanya malam Nyepi, karena saya bisa lihat bintang di langit.

Pukul 19.30 WITA Saya ajak anak-anak lihat bintang dari halaman. Saya pun berbincang-bincang dengan suami sambil mengagumi indahnya bintang. Saya bergumam, “kira-kira di tata bintang lainnya ada peradaban tidak ya seperti di tata surya kita? Planet kita sedang diserang wabah Corona.”

Suami saya menjawab, “Bintang di luar angkasa itu jumlahnya lebih dari jutaan, ya kemungkinan dari jumlah sekian bisa terdapat peradaban seperti di tata surya kita.”

Saya berkata sambil menerawang ke bintang yang bertaburan di bagian langit selatan, “bagaimana ya keadaan peradaban di luar sana?”

“Kurang lebih ya sama seperti peradaban kita.” Kata suami saya.

“Pengen tau bagaimana tingkat peradabannya, spesiesnya, dan keadaan alam planetnya.” Jawab saya sambil berlalu menyudahi menikmati bintang di angkasa.

Saat melihat bintang, Kalki dan Kavin juga bergumam terpesona dengan indahnya kelap-kelip cahaya di angkasa. Tetapi Kalki dibarengi dengan tingkah polahnya lompat-lompat dan ambil posisi berdiri sambil setengah jungkir-balik di atas rumput halaman.

Pukul 20.00 WITA Saya gosok gigi, anak-anak pun demikian, lalu kami sekeluarga bercengkrama di dalam tenda yang telah dibuatkan suami untuk anak-anak di ruang keluarga. Tendanya terbuat dari pondasi 4 buah kursi dan bangku panjang sebagai tulang atap lalu ditutup oleh sprei. Tenda ini sudah dibuat dari sebelum hari Nyepi untuk wahana bermain anak-anak supaya mereka tidak bosan.

Sudah bikin tenda sehari sebelum Nyepi

Dari yang awalnya tenda hanya beralaskan matras Kalki dan Kavin, hingga pas hari Nyepi tenda tersebut sudah dilengkapi kasur. Kata suami, semalam sebelumnya Kavin minta tidur di tenda, tapi karena hanya beralaskan matras, badan suami saya jadi sakit semua. Saat suami kesakitan badannya tidur di lantai beralaskan matras, dia minta pindah ke kamar, tetapi Kavin nggak ngasih! Pas suami nanya, “Kavin badannya sakit nggak, tidur disini?”, Kavin menjawab, “Enggak.”

Kegiatan anak-anak di malam hari sebelum Nyepi, Selasa 24 Maret 2020

Akhirnya malam penghujung hari Nyepi saya yang diajak Kavin untuk tidur di tenda, sedangkan Kalki dan suami tidur di kamar. Begitulah saya dan keluarga menjalani hari Nyepi dan memaknainya. Saya berusaha memaknai hari Nyepi sebagai hari untuk merefleksikan diri dan berkontemplasi. Saya juga sempat memberikan pemahaman kepada anak-anak mengenai apa itu hari Nyepi dan apa yang sebaiknya dan tidak sebaiknya mereka lakukan pada hari Nyepi. Tapi ya namanya anak-anak, mereka masih aja suka bermain sambil teriak-teriak heboh dan ketawa cekikikan keras.

Keadaan selama hari raya Nyepi sebagai hari tahun baru Saka Umat Hindu memang dirayakan dengan tenang dan menyepi diri dari kehingar-bingaran atau pesta. Saya maknai tujuannya adalah menjauhkan diri dari keduniawian atau hedonisme sejenak. Tidak boleh bekerja, tidak boleh menyalakan api, tidak boleh bepergian dan tidak boleh mencari hiburan. Keadaan seperti itu adalah kesempatan untuk berhenti dari kesibukan yang sudah terpola bagi manusia masa kini hidup di dunia. Itulah kesempatan untuk menenangkan diri dan merenungkan kehidupan. Menghubungkan diri dengan alam dan Tuhan secara spiritual.

Maka selama Nyepi kali ini, hampir tetap saya berjalan seperti sebelumnya, yaitu tidak ada siaran televisi, tidak ada akses internet, tetapi aliran listrik tetap ada. Suara kendaraan bermotor di luar pun sama sekali tidak ada, tidak ada suara anak-anak bermain di jalan, dan tidak ada tetangga yang menyetel musik keras-keras atau pun memainkan alat musik rindik. Semuanya hening.

Keadaan Nyepi di Bali lebih ketat dari pada Nyepi di Jawa. Saya ingat dulu waktu masih merayakan Nyepi di Jawa, saat saya masih kecil masih bisa nonton TV di rumah dengan mama dan adik saya. Mau keluar rumah pun tidak takut ada pecalang yang akan menegur. Saat masih kecil mama saya selalu menyediakan stok makanan dan cemilan-cemilan untuk anak-anaknya. Tetapi semakin besar semakin diajarkan untuk berpuasa seharian oleh orang tua dan oleh guru agama di sekolah.

Kini saya sudah 8 kali merayakan Nyepi di Bali sejak menikah tinggal di Bali, dan hingga Nyepi kali ini, menyalakan kompor dan lampu masih saya lakukan di rumah untuk keperluan yang penting. Tapi kami tidak membuat masakan apa-apa, hanya menghangatkan masakan yang sudah dipersiapkan dari hari sebelum Nyepi. Karena bagi saya mematikan api bagian dari catur brata penyepian adalah mematikan api yang di dalam diri sendiri, bukan hanya secara simbolis mematikan api kompor dan api penerangan di rumah. Dan yang paling tau mengenai rumah terkecil kita yaitu badan kita tempat jiwa bernaung adalah diri kita sendiri.

Pagi hari Ngembak Geni, Kamis, 26 Maret 2020

Selamat Tahun Baru Saka 1942~

♡ Intan Rastini

Happy First Birthday Kavindra! ♥

Hi hello..! Setelah ada waktu lumayaaaan senggang dikit karena Kalki bersama opa dan omanya dan Kavin tidur siang… ah, akhirnya mama curi waktu luang sebentar untuk menuliskan perayaan ulang tahun adik Kavindra yang pertama.

Jangankan nulis dini hari… pagi aja mama udah ngantukkkk karena itu mulai jarang nulis perkembangan Kavindra lagi. Cuma quick update Kalki dan Kavin. Semua pekerjaan rumah dan ngurus anak-anak dan kegiatan di luar rumah berjalan paralel dan mama kerjakan saja semampunnya.

Fiuuuuuhhh! Ah, never mind. Carry on writing what I can write quickly in a short spare time among household chores, balinese ceremony and praying and so on…

21st of April was Kartini day.. and Kinara’s  b’day too!!! ♥♡ Yesterday? It was an Earth day… and I wanna tell the story about my baby, Kavindra 🙂 the days walk and run and fly…. maybe

WEDNESDAY, 13rd of April was Kavin’s day. Why? Because he was turning 1 year old! HOORAAAAYY!! ★ ☆ ★ ☆ ☆ ★ ☆ ☆

And his mom is very late to tell the story of his birthday haha 😀 oh pardon me, son!

As the birthday cake… Kavin’s mom was making ” kue mochi ” and it was filled by two kind of flavors: red bean and mung bean.

image

You gotta love it if you try… because this kind of cake is very smooth, delicate but also chewy. I MADE IT BY MYSELF FOR MY SONS. OOOOPPS…. So sorry sometimes my capslock is automatically turned on. OR IT IS ACCIDENTALLY TURNED ON. I beg ur pardon. ^^

Yes. Oui. I made it by myself the “mochi” as Kavin’s birthday cake so I can use salt and sugar in minimum way as enough as I should give to my baby and my toddler.

If you want the Mochi recipe you can scroll down to the repost of the recipe from the Clumsyliciouskitchen.wordpress.com or henipuspita.net ♥♥ ♡♡

image

Ok ok.. kue mochi itu cukup mudah dibuat dan bahan baku utama dari tepung ketan yang dikukus jadi buat anak-anak cukup friendly dan lembut hmmmm… yummyyy. Dalam proses pembuatan saya kukus adonan mochi semalam sebelum ultah kavin sembari membuat isian kacang merah dan kacang hijaunya. Plus dibantu kakak Kalki yang baik hati. Sampai mengantuk buatnya selesai kira-kira pukul sebelas malam O.o ooohoho… makasih ya Kakak Kalki, sayang.

By the way… sebagai hadiah ulang tahun Kavindra… Mama dan papa berikan adik Kavin Softbook atau buku bantal yang berjudul “Seri Kata Santun: Maaf, Tolong, Terima kasih”, “Bermain Bersama Hewan di Pohon”, “Mengenal Angka”, “Mengenal Abjad”, dan “Waktunya Tidur”.

DARI OPA DAN OMA adik kavin dapat kado baju lucu-lucu dan sepatu boots hehehe. Kakak Kalki juga dapat dong. DARI PEKAK DAN NINI kakak Kalki dan tentu sekarang adik Kavin juga bisa minum, dapat hadiah vitamin Scott’s Emulsion yang plain.

image

Inilah acara tiup lilin adik Kavin bon bon… kecil-kecilan dan sangat sederhana. Hanya ada pekak, nini, adik Kavin, kakak Kalki, papa dan mama Kalvin. Kami berenam bernyanyi selamat ulang tahun dan lalu disusul memberi kesempatab adik Kavin tiup lilin pertamanya yang terdiri 1 buah lilin saja di tengah kue-kue mochi yang udah disusun oleh papa.

image

Happy Birthday Kavin…. Happy very blessed first Birhday… May you become a great boy, stay healthy, get stronger and be cheerful to play with you brother, Kalki. Mwuah mwuah… ♥ peluk♡ cium★ uwel ☆uwel heheheheheh :-*

image

And then we walked to Bale Banjar for ‘ngaturang pejati’ adik kavindra…

I CAN’T EXPLAIN WELL… however,what I know is just it’s one kind of Balinese tradition for a new person or a baby to the domestic sacred place where they live for introduce them as new residents.

image

The rain fell down when we was praying. Kalki, Pekak, Papa, Kavin and Mama with Dipa, Mbah Dipa and Pekak Dipa as Jero Mangku Bale Banjar went to the Bale Banjar for praying.

image

HMMM…. I CAN’T HARDLY WRITE ABOUT SOMETHING I DON’T KNOW FOR SURE. For sure we pray for the best wishes Kavindra 🙂

image

LOVE LOVE YOU KAVIN AND KALKI ♡♡ our shining Bintang kejora in the sky ☆☆☆☆

Oh ya, my husband had just cut my hair 🙂

Love, mama and papa kalki-kavin♥

♡ Intan Rastini

Update Kalki & Kavin Bulan Maret ’16

Bulan Maret bertepatan dengan hari raya Nyepi Tahun Baru Saka bagi umat Hindu.. maka dari itu saya sempat berpartisipasi dalam lomba blog #BloggerPeduliMasaDepan yang diadakan oleh salah satu teman blogger, Mak Rinda Gusvita. Ulasannya bisa dibaca disini.

Tulisan saya mengambil tema no. 27 yaitu Hemat Listrik 🙂 dan ditayangkan juga pada tanggal 27 Maret. Kok ya pas banget bulan Maret ada Earth Hour, mematikan lampu selama 1 jam secara serentak setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret dan hari raya Nyepi yang tidak menyalakan lampu atau peralatan listrik untuk bersuka ria selama 1 hari. Itu sebagian kecil dari perayaan Tahun Baru Saka ya.. Karena kalau dijelaskan lebih panjang ada dalam catur brata penyepian.

Nah, kalau sempat bisa mampir untuk baca tulisan saya di blog Mak Rinda Gusvita, dan ada tulisan peserta lain juga dengan tema berbeda yang bisa dibaca 🙂 silakan…

Saya dulu juga sempat menulis perayaan Nyepi pertama Kalki tahun 2014. Kini adalah perayaan Nyepi pertama bagi adik Kavin.

Kavin yang udah mulai belajar berdiri sambil berpegangan dan sudah suka merangkak keluar setiap melihat pintu terbuka 😀
Eh, adikjuga udah bisa buka pintu sendiri lho! Juga sudah bisa naik kasur yang tinggi dengan cara ambil dingklik plastik buat pijakan manjat kasur yang mana merupakan inisiatif akalnya Kavin sendiri 😀

image

Karena ada rangkaian perayaan Nyepi dengan diawali tawur agung kesanga dengan melasti, mecaru, ngerupuk lalu setelah Nyepi pun juga ada Ngembak Geni… Posyandu di desa saya yang rutin setiap bulan tanggal 11 mundur jadi tanggal 17 Maret dan PIN (Pekan Imunisasi Nasional) di Bali pun mundur jadi tanggal 15-22 Maret 2016.

Ini Pekan Imunisasi Nasional pertama yang diikuti oleh Kakak Kalki (34 bulan) dan Adik Kavin (11 bulan). Meskipun imunisasi dasar Kalki dan Kavin udah hampir lengkap ya yang wajib dan disubsidi oleh pemerintah, kami tetap datang ke pos PIN yang berada di bale banjar Angkah Pondok waktu itu 🙂 daaaan tentu saja gratis. Hanya membawa buku KIA yang berisi catatan tabel imunisasi anak. Jika sudah mendapatkan vaksin polio (tetes oral) di Pos PIN, nanti kolom imunisasi tambahan akan diisi oleh petugas kesehatan dan anak kita yang sudah ditetesi vaksin diberi tanda tinta pada jari kelingkingnya. Sama seperti habis nyoblos gitu, hehehe…

image

Kalki dan Kavin setelah imunisasi syukur ya tidak ada demam. Dan untungnya kakak Kalki dan adik Kavin saat vaksin dalam keadaan sehat, sudah sembuh dari batuk pilek sebelumnya saat sempat main ke Dalung lihat adik Khanza dan datang ke ulang tahun Abang Iqbal di Denpasar hingga pulangnya malam hari naik motor. Saat Posyandu pun timbangan mereka turun, deh..
Anyway, ini nih, foto adik Khanza yang udah berusia 5 bulan kemarin ♥,♥

image

POSYANDU KENANGA 17 MARET 2016

image

KAKAK KALKI
BB: 14kg (tetap)
TB: 95cm
LK: 50,5cm

ADIK KAVIN
BB: 9,1kg (turun 2 ons)
TB: 73cm
LK: 47,5cm

Pas Posyandu masih sehat-sehat aja tuh dua bocah, tapi setelah posyandu kakak Kalki ke Denpasar lagi nih nganterin nini berobat dan mampir nengok kakak Kinara dan Rania. Ya tentu kakak Kalki maunya naik motor sama papa dan duduknya di depan saat nini sudah naik bis. Pulang dari Denpasar agak petang. Setelah itu Kakak Kalki mulai batuk lagi. Eh… adiknya pun ketularan.. duh! Sampai sekarang nih dua bocah masih batuk pilek meski udah mendingan karena udah periksa ke Pustu dan minum obat. Tapi yaaa… mama dan papa kan kepikiran, soalnya si adik kalo udah batuk, ASI yang udah diminum dimuntahin. Dan kalo tengah malam mama begadang jagain supaya nggak demam dan mengupayakan menyusuinya tidak berbaring sejajar agar adik tidak mudah memuntahkan kembali ASI mama.

image

Oh ya, saat Posyandu juga kebetulan bersamaan dengan Puskemas Keliling. Saya yang awalnya mau pulang setelah selesai timbang berat badan anak-anak, makan kacang ijo dan nabung di tabungan balita.. dianjurkan periksa tensi dulu oleh ibu ketua PKK. Ya sudah saya nurut. Ternyata tensi saya agak rendah sehingga diberi vitamin. Dan saya pun berinisiatif konsultasi gigi dengan pak dokter gigi yang hadir saat itu juga. Tapi yang saya konsultasikan adalah giginya Kavin yang suka dibunyikan seperti menggerus begitu. Kata pak dokter gigi, itu nggak apa-apa. Ibunya diwanti-wanti supaya rajin bersihkan saja dengan kapas dan air hangat. Lalu beri makanan yang agak keras untuk stimulasi giginya bisa berupa apel :). Saya lalu bertanya tentang hubungan gigi-gigi susunya yang suka digemeletukkan dengan tumbuh beberapa gigi seri bawahnya yang miring. Kata pak dokter, itu tidak berhubungan dan sekali lagi tidak apa-apa… Ok baiklah pak dokter, maka saya ucapkan terima kasih.

Nah, sudah itu dulu ya update perkembangan Kalki dan Kavin. Maaf nak, mama udah ga sempat lagi nulis detail perkembangan motorik atau sensorik Kavin seperti KPSP begitu. Mungkin nanti kalau ada waktu senggang ya, sayang. Saat ini kakak dan adik masih sedikit batuk & pilek dan masih dalan proses pemulihan, nih. Semoga ke depannya Kalki dan Kavin sehat terus dan tambah kuat daya tahan tubuhnya. Tambah menter, tahan banting… mau di ajak pergi atau jalan-jalan lebih jauh bisa tahan dan kuat ya, nak ^^

Love love love… ♥♡♥♡ Mama Kalvin.

♡ Intan Rastini

Happy 7 months Kavindra!

Ini late post banget namanya, mah… kenapa? Karena adik udah 7 bulan lebih 1 minggu hari ini.

Huhihi… kerjaan mama sejak adik mulai MPASI yaitu: siapin bahan-masak-siapkan bubur-cuci peralatan-siapkan bahan ‘tuk selanjutnya-masak-blender-simpan-cuci peralatan makan.
Dan seterusnya dan seterusnya… berlangsung tiap hari. Apalago itu lho perabotan lenongnya adik abis masak&makan MPASI lumayan banyak jugaa ! Kudu cuci bersih trus tiriskan sampai kering. Kalo dilap pakai tisu dan serbet kan seratnya nempel di permukaan wadah makanannya.

Sekalinya jam makan… kakak Kalki dan adik Kavin perlu disuapin. Belum mama sendiri yang makan. Papa sih bisa gampang makannya. Kakak Kalki belum mahir makan sendiri… mudah-mudahan cepet bisa ya, sayang.

Aish ya capek ya repot mau nulis blog curi-curi waktu nih sambil nyusuin Bakabon Vindra. Pakai rambut mama dijambak ditarik-tarik segala! Soalya baru aja si Bakabon makan siang dengan gravy ati ayam buatan papa ditambah beras cokelat dan puree wortel plus minyak kelapa. Papa bantuin mama buat gravy ati ayam dini hari tuh. Paginya pas udah dingin gravy tinggal mama blender trus masukkin toples selai yang udah mama bersihkan dan rebus sebelum mau dipakai. Nah, tutup rapat lalu masuk deh 1 kotak makanan dan 1 cup pigeon mag mag isi Gravy ati ayam ke kulkas. Ada yang ke freezer 1 toples.

Karena ngomongin MPASI bisa panjaaaang banget.. beralih yuk ke perkembangan Bakabon usia 7 bulan ini. Secara kalender Bali Kavin yang sipit seperti kartun Jepang Bakabon ini juga sudah 1 oton tanggal 9 November kemarin. Makanya papa dan mama juga masih sibuk beres-beres rumah dan peralatan masak sebelum dan sesudah upacara oton adik Kavin.

Astungkara acara oton Kavin berjalan dengan lancar. Keluarga saja yang cukup mengikuti prosesi upacara. Ada opa, oma dari surabaya dan nini dalung juga datang dari Banyuwangi abis nengok adik Khanza. Lalu makciek Ratih dan Iqbal. Ada Tude Jaya dan Meisinar juga. karena otonnya hari Senin banyak yang udah datang duluan pas hari Sabtu dan Minggu. Ceritanya bisa di post terpisah ya.. kalau sempat, euy

Adik Kavin Bonbon udah bisa duduk pas 7 bulan lebih 3 hari. Dia udah duduk sendiri, bukan diposisikan duduk. Lah kalo diposisikan duduk oleh ortunya emang udah bisa sejak jalan 6 bulan.

Adik lagi tumbuh gigi! Pertama gigi seri bawah yang kiri udah berhasil muncul ujungnya semua. Sekarang bakalan muncul sebelah kanannya. Semua digigitin nih… pundak mama, paha kakak Kalki, mainan, karet rambut mama, jepitan rambut, pinggiran ember… hihi…

Ngoceh babbling lucu banget. Kalo marah bisa mengerang kayak suara mesin motor. Trus udah bisa cetak cetak pakai lidahnya. Ctk ctk ctk gitu bunyinya sejak dikasi maem agar2 markisa hehe… memekik girang, ketawa, bergumam, brrtt main ludah juga asik sendiri.

Kavin udah makin kenceng merayapnya dan kayaknya bakal mau merangkak nih… tapi kebanyakan kalo dia nemu pegangan kokoh malah bagun n’ berdiri deh jadinya. Seperti kalo dimasukkan ke ember buat maem karena mamanya ga bisa megangin sendirian karena ga punya bouncer, highchair, bumboo chair dan lain-lain itu.. adanya dia malah pegangan bibir ember dan berdiri!

Ada aja yang menarik perhatiannya. Semut kecil di lantai juga di tepok-tepok gemes. Kakaknya masih bobok, pipinya ditepokin biar bangun. Hahaha Gantian. Kalo adik tidur lah kakaknya kadang pingin adiknya bangun. HP ada suara musik anak-anak atau enggak juga pingin diambil. Bahaya… kakak Kalki aja udah cukup sering banting atau jatohin HP apalagi kalo baby Kavin yang pegang?! HP itu udah cukup lah copot batere, simcard atau memory card gara-gara nggak ngontak pasca dijatohin bocah Kalki… jadi jangan lagi ditambah oleh Kavin.

Kavin seneng banget diajak main oleh kakaknya. Main ciluk ba di jendela, kakaknya di luar lari-larian dan adik di kamar, mereka ketawa-ketiwi saat bertatap muka di jendela. Main air pas mandi, adiknya udah mencoba berdiri-berdiri lihat kakaknya main air di ember lainnya pakai selang dan ember itu udah diisi penuh mainan plastik kakak kalki kayak bola, bebek plastik, gayung, botol-botol shampo dan sabun bayi yang udah kosong ck ck ck. Lalu main mobil-mobilan di lantai dan di gelebeg. Kalo main di lantai ini adik baru-baru aja setelah oton. Karena udah upacara jadi bisa main di lantai. Seperti abis upacara turun tanah bagi bayi gitu.

Lihat orang banyak si Kavin sih tetap kalem selama masih digendong orang tuanya. Tapi kalo udah orang yang baru2 aja dia lihat coba menggendong.. dia mewek trus nangis. Masih butuh penyesuaian. Seperti oma yang baru datang, pertama kali nggendong masih nangis minta mama atau papanya tapi lama2 udah mau. Setelah kenal jadi lengket lah sama omanya…

image

Kami sempat rekreasi keluarga ke Bedugul. Pasar Pancasari dan Kebun Raya Bali. Si Kalki dan Kavin fine.. selama perjalanan nggak rewel malah dapat tidur. Ini baru pertama kali, lho jalan-jalan piknik sekeluarga yang ditemanin opa dan oma karena kami jarang-jarang bisa pergi sekeluarga apalagi bawa balita dan bayi sekaligus. Opa yang nyetir selama perjalanan dan oma membantu ngemong gantian Kalki atau Kavin.

image

Senangnya bisa dapat kesempatan melakukan perjalanan ke Kebun Raya Bali di Bedugul karena ada Opa dan Oma. Transport dan makanan aman. Pas perjalanan sempat hujan, sempat sedikit kesasar lalu tanya penduduk setempat yang ramah-ramah. Tapi akhirnya kami sampai ke tujuan dengan selamat dan anak-anak masih cukup riang. Kami dapat suasana sejuk pegunungan dan penyegaran pikiran selama abis beberes di rumah toh.

image

Ini Kalki lihat kelinci di pasar Pancasari Bedugul. Kalem banget, sementara adiknya digendong oma beli buah markisa, buah salju, stroberi, brokoli dan jagung rebus.

Nah cerita masih banyak dan fotonya juga. Tapi cuma bisa pilih beberapa aja biar bisa keupload dengan baik. Nanti dilanjutkan lagi ya… dan selamat 7 bulan adik Kavindra sayang! Semoga sehat selalu dan makannya makin pinter. Mwuah… ★★☆☆★★☆

♡ Intan Rastini