Penginapan Pilihan di Nusa Penida

Sebelumnya udah saya ceritakan bagaimana senangnya bisa main agak jauh sendirian ke Nusa Penida diberi hadiah oleh Indimette Store di Pererenan. Tentu kalau main jauh gitu kan perlu akomodasi.

Sekarang saya bisa kasi rekomendasi akomodasi jika ingin menjelajah Nusa Penida. Nama penginapannya Green Palace Homestay dan saya sudah pernah menginap di sana selama 3 hari 2 malam dengan nyaman.

Untuk kamar termasuk bersih, nyaman dan sangat layak untuk beristirahat. Meski kamar tidak terlalu luas, tapi ternyata saya bisa berlatih yoga dan meditasi di dalam kamar apalagi banyak disediakan bantal tambahan yang empuk-empuk. Kasurnya empuk dan ada bed cover berlapis sebagai selimut. AC-nya dingin, sedangkan di kamar mandi tersedia air panas. Disediakan juga televisi yang cukup besar berukuran 32″ jika ingin menonton, cuma saya nggak nonton TV saat di menginap di sana. Oh ya, ada fasilitas wi-fi yang kencang sinyalnya.

Kamar-kamarnya bervariasi, ada tingkatan dan perbedaan fasilitas juga posisi. Saya dapat kamar di lantai 1 yang dekat gerbang masuk, dekat tangga. Tidak hanya itu, kamar yang lainnya ada juga yang di lantai atas, ya. Setiap kamar luasnya agak beda-beda beserta perabotannya. Tetapi tiap depan pintu kamar ada kursi dan meja kecil buat duduk-duduk.

Green Palace Homestay lokasinya tidak langsung di pinggir jalan, jadi aman dari kebisingan dan polusi udara dari jalan, nih. Tapi tenang ada plang neon box untuk memudahkan mencari lokasinya, dan di Google Map juga sudah ada titik lokasinya. Penginapan ini seperti komplek perumahan keluarga, karena terdapat ruangan-ruangan hunian terpisah dengan pekarangan di tengah, balai, meten, dan juga dapur.

Kurang lebih 12 meter dari kamar saya terdapat kolam renang yang tergolong kecil namun cantik, dihiasi taburan batu-batu kali di pinggirannya. Di dalam kolam ada beberapa titik semburan air yang deras, cocok banget untuk rileksasi melepas penat sehabis seharian berkeliling pulau. Tinggal nyemplung dan berendam berlama-lama di sana, semburan air derasnya membuat serasa dipijat ringan oleh air.

Fasilitas apa saja yang saya dapat selama menginap di Green Palace:

  • Sarapan dengan minuman hangat teh atau kopi
  • TV saluran digital
  • Handuk
  • Jemuran baju
  • Tempat parkir motor depan kamar
  • Renang di kolam renang

Kamarnya lengkap dengan kamar mandi menggunakan shower dan kloset duduk. Di kamar mandi sudah ada dispenser sabun dan shampoo. Tetapi tidak termasuk sikat gigi dan pasta gigi. Ada kamar mandi yang dilengkapi dengan shower air panas dan ada yang tidak. Sayangnya di kamar tidak disediakan air minum, ya. Jadi saya bawa tumbler sendiri dan isi ulang beli di luar.

Berikut ini adalah room rate dan hidangan yang disediakan untuk sarapan. Untuk homestay yang nyaman buat istirahat dan strategis tarif akomodasi ini termasuk terjangkau.

Lokasi penginapan yang strategis sangat memudahkan pelancong untuk menemukan apa yang di cari. 5 menit jalan kaki sampai ke pasar senggol Mentigi. Lokasinya dekat juga dengan juga pasar Sampalan dan dermaga Sampalan. Jika cari ATM, terdapat ATM BRI, selain itu ada apotek dan juga swalayan S.Mart. Cari makan gampang banget, deh di sekitar penginapan. Untuk memulai hari-harimu berpetualang di Nusa Penida, tenaaaang… sudah disediakan sarapan dan minuman hangat.

Kalau mau dianterin jalan-jalan berkeliling Nusa Penida, bisa juga minta tolong ke asisten homestay yang biasa bersih-bersih penginapan. Juga saya pun bisa latihan yoga di pinggir kolam renang. Pengalaman yang saya rasakan menginap di Green Palace Homestay menyenangkan, dan tentu saya berharap bisa kembali lagi menginap di sana bersama keluarga. Apakah kamu tertarik menginap di Green Palace Homestay untuk merasakan keasrian dan suasana rumah pola Bali yang khas di Nusa Penida?

Intan Rastini.

Nusa Penida Solo Trip

Hola! I’m baaack… after approximately two years of no blogging. Here I am.

Kali ini saya akan ceritakan pengalaman sempat bepergian sendiri ke Nusa Penida. Dulu saya beli bahan-bahan untuk mengikuti program detoks Ayurveda di toko Indimette dan saat ada giveaway di Instagram tahun 2021, saya ikut juga. Nggak Taunya saya malah menang hadiah utama yaitu jalan-jalan ke pulau Nusa Penida di Kabupaten Klungkung, Bali.

Pas udah selesai vaksinasi Covid ke-2 di Puskesmas tuh, saya langsung berangkat ke Pelabuhan dengan diantarkan suami. Tentu udah dengan persiapan sebelumnya packing pakaian dan alat-alat pribadi. Untuk solo traveling cuma bawa 1 tas ransel carrier aja. Ini adalah pengalaman pertama saya ke Nusa Penida.

Ketemuanlah dengan pemilik toko Indimette di Pelabuhan Pantai Matahari Terbit, Sanur. Dari situ dibelikan tiket boat harganya Rp 75.000 dan sempat mengobrol sebentar tentang toko bulk dan organic Indimette. Si pemiliki awalnya jual kacang mete dari Nusa Penida karena banyak peminat akhirnya malah buka toko juga buat naruh stok. Memang pemiliki Indimette ini asalnya dari Nusa Penida dan kerja di Denpasar, di RS Sanglah.

Saat kapal bersandar, saya pun mengucapkan terima kasih kepada pemilik Indimette, bergegas berangkat dan berpisah dengan suami. Kapalnya hampir kosong, beberapa kursi terisi oleh wisatawan asing.

Kapal cepat menempuh perjalanan sekitar 30 menitan. Lalu turun di dermaga kecil yang banyak sekali orang menawarkan jasa transportasi atau sewa motor. Saya sampai bingung banget, lho. Berhenti sebentar untuk mengontak pemilik penginapan Green Palace Homestay tempat tujuan akomodasi saya dan disarankan sewa motor dari pada naik ojek yang mahal.

Akhirnya saya dapat sewa motor Rp75.000 untuk satu hari aja. Dan diminta mengembalikan besok pagi di tempat yang sama dermaga Banjar Nyuh. Berbekalkan Google Map, saya lalu menuju penginapan Green Palace. Penginapannya dekat pasar Metingi. Dan ada plank papan nama, perlu masuk gang sedikit di balik padatnya ruko-ruko pinggir jalan. Perasaan saya saat itu was-was tapi cukup senang juga akhirnya bisa jalan-jalan agak jauh ya sendirian.

Saya sampai di penginapan sekitar jam setengah lima sore. Disambut oleh bapak pemilik penginapan, dan juga ada seorang asisten yang mengurus segala keperluan akomodasi. Akhirnya saya dapat beristirahat di kamar Green Palace hotel. Kamarnya bersih dilengkapi AC, TV, dan kamar mandi lengkap dengan shower, closet duduk juga dispenser sabun serta shampoo.

Keesokan harinya, di meja teras depan kamar disediakan air panas untuk seduh teh atau kopi juga sarapan nasi goreng dan buah. Semalam sebelumnya sudah diberitahukan bahwa akan disediakan sarapan antara pukul 07.00-08.30 pagi. Di penginapan ini pun ada kolam renang. Jadi bisa menikmati sarapan sambil lihat pemandangan di sekitar kolam renang.

Selanjutnya saya diantar asisten penginapan untuk mengembalikan motor sewaan dari dermaga dan disewakan motor lain oleh penginapan untuk selama tinggal 2 hari berikutnya di Nusa Penida. Harga sewa motornya tentu lebih murah sewa dari penginapan daripada yang ditawarkan di dermaga. Meski sama-sama Rp75.000 tapi durasinya kan beda.

Hari pertama saya pakai untuk beristirahat di kamar penginapan saja yang nyaman dari sore hingga malam. Adem dan juga terlindung polusi udara dan kebisingan kendaraan karena tidak terlalu dekat langsung dengan jalan raya. Tetapi kalau mau kemana-mana juga masih dekat. Saya jalan kaki aja bisa sampai ke pasar, atau cari makan malam ayam goreng tepung.

Hari kedua saya cuma keluar mengembalikan motor ke dermaga tempat saya datang. Nggak lama kemudian pulang, deh. Karena masih agak lelah ya apalagi abis vaksin kedua, saya diem di kamar aja sampai sore. Selanjutnya masih bisa lanjut Latihan yoga di pinggir kolam renang jam 5 sore. Lalu seperti biasa beli makan malam yang dekat di sekitar penginapan.

Awalnya saya tuh penasaran dengan Pura Peluang atau Pura Mobil karena baca-baca lokasi-lokasi menarik di blog saat akan berangkat liburan ke Nusa Penida. Maka saya berencana ke sana lah pakai Google Map dan juga tanya-tanya warga lokal setempat pada hari Minggu pagi esok.

Pagi-pagi setelah seperti biasa disediakan sarapan dari penginapan, saya asyik berenang di kolam renang penginapan. Kolamnya memang tidak terlalu besar namun cukup asri di sekelilingnya ada tanaman dan pohon jepun Bali juga air kolamnya jernih.

Cuaca Minggu pagi itu lumayan tak terprediksi, awalnya cerah, lalu di tengah perjalanan dengan kiri-kanan penuh kebun seperti hutan lebat itu mulai hujan, memang ada perumahan warga, saya pun sempat berhenti di garasi parkir mobil untuk berteduh. Sinyal juga agak jelek di area perbukitan dengan kebun lebat. Di Nusa Penida banyaknya pohon jambu mete, makanya kiri-kanan jalan seperti hutan lebat karena pohonnya tinggi-tinggi bikin teduh.

Kontur pulau Nusa Penida ini berbukit, ada tingkat perbedaan ketinggian yang curam ada yang landau juga ada yang langsung bertepi tebing atau jurang. Jadi perlu hati-hati. Saat sudah mencapai pesisir pun masih berada di atas ketinggian, kalau mau turun ke pantai ada perlu menyusuri tangga menuruni tebing.

Lega rasanya ketika berhasil sampai di Pura Peluang. Saya nggak masuk ke dalam areal Pura untuk melihat pelinggih yang ada berbentuk mobil, melainkan hanya istirahat sebentar sambil buka bekal makan siang di balai gong. Sambil beristirahat melihat monyet-monyet yang naik tembok penyengker pura dan di dekat tebing. Tetapi monyetnya tidak ada yang mendekati saya hehehe.

Saya juga sempat berfoto di atas tebing yang berlatarkan pantai kelingking. Tetapi pantainya jauh sekali di bawah. Dari atas area foto itu ada pagarnya, dan bisa melihat pemandangan laut lepas juga bentuk tepian pulau Nusa Penida dengan landmark terkenalnya.

Saya juga sempat mampir bentar di pantai dekat penginapan yang cukup landai. Itu pantai dekat dermaga. Juga langsung bersisian dengan jalan raya. Mampir di pasar Metingi untuk makan siang, lalu mengepak barang bawaan sekitar jam 3 sore, dan diantar oleh asisten penginapan ke Pelabuhan untuk naik kapal menyebrang pulang ke daratan utama Bali.

Pengalaman jalan-jalan ke Nusa Penida sendirian yang sangat berkesan. Saya merasakan Nusa Penida pulau yang sepi di bagian pelosok desa, hanya ada beberapa orang saja buka warung. Bangunan Sekolah Dasar tanpa aktivitas murid dan ilalang tumbuh tinggi menjulang diabaikan karena pandemi. Sedangkan di sisi dekat dermaga ada area pertokoan turis dan aktivitas beberapa pelancong.

Speed boat yang saya tumpangi untuk pulang balik kali ini penuh dengan penumpang domestik. Saya kebagian duduk di bagian atas kapal yang tidak beratap bersama pelancong dari Jakarta. Karena saya duduk di pinggir, maksud hati ingin menikmati pemandangan lepas pantai. Nyatanya malah basah kuyup kena cipratan ombak yang diterpa angin, hahaha.

Ketika berlabuh di Sanur, suami sudah stand by menjemput saya. Lalu saya ke toilet dulu untuk berganti baju, toiletnya bersih dan cukup rame, lho. Toilet di dekat tempat parkir itu luas dan banyak biliknya. Setelah berganti baju yang kering, kami pun pulang ke Tabanan. Oh ya, tanpa oleh-oleh berupa barang dari Nusa Penida hanya membawa pulang kenangan menyenangkan.

Sampai jumpa di liburan menyenangkan lainnya!

Intan Rastini.

Kebun Bibit Surabaya

Salah satu tempat terbuka menyenangkan lainnya selain Taman Prestasi yang ramah anak dan gratis adalah Kebun Bibit Surabaya. Terletak di Jl. Manyar No. 80 A Surabaya, dibuka dari jam 8 pagi – 5 sore. Sebelum pulang balik ke Bali, kami sempatkan mengajak anak-anak main ke sini. Karena selama bertahun-tahun tinggal di Surabaya saya belum pernah sama sekali mengunjungi Kebun Bibit. Padahal dulu waktu bolak-balik rumah ke kampus pas kuliah di ITS ya sering melewati Kebun Bibit dari berbagai sisi jalan.

Taman ini luas banget, ternyata dikenal juga sebagai Taman Flora. Tapi karena kawasan ini digunakan sebagai tempat pembibitan maka dari itu disebut sebagai Kebun Bibit juga. Kami mengunjungi kebun bibit di Minggu pagi dan suasananya rameee banget. Meski rame tetap aja nggak crowded kok karena luas tamannya yang memadai dan lega. Ada tempat parkir di sisi pinggir jalan untuk mobil. Lalu di dekat pintu masuk banyak berjajar pedagang mainan dan makanan. Selain itu juga terdapat kawasan kantin yang teduh.

Saat sampai di Kebun Bibit kami sempat beli batagor dan siomay lalu makan duduk lesehan di atas trotoar. Untuk minumnya kami membeli es jeruk peras. Next oma Kalki juga membeli nasi dan ayam goreng di kantin untuk dibawa ke dalam taman. Masuk ke taman beberapa pedagang mainan menjajakan mainan dan balon. Tentu aja bikin Kalki dan Kavin tergoda, tapi mereka nggak ngotot minta beli kok, cuma lihat-lihat aja.

Di dalam taman atau Kebun Bibit ini kami langsung menuju ke spot bermain anak. Ternyata wahana bermain anak yang tersedia di titik ini adalah wahana permainan fitness semua. Lucu ya… ada beberapa yang masih kegedean alatnya buat dicoba oleh Kavin hihihi. Selain itu tetap masih ada ayunan dan jungkat-jangkit. Tapi unik deh, karena alat permainannya ini bertema gym atau fitness. Untuk main wahana permainan anak-anak, harus antre karena peminatnya banyak.

Di area permainan ini anak-anak bermain sambil disuapi omanya. Setelah selesai makan siang, kami memutuskan untuk menjelajah tempat lainnya. Kami berjalan ke arah tempat bermain yang berbeda, di sana ada prosotan, ayunan besar untuk beramai-ramai dan ada tempat-tempat duduk juga di setiap spot bermain. Bahkan tak jarang orang buka tikar buat lesehan dan berpiknik.

Hampir semua area Kebun Bibit sudah tertata rapi dengan paving blocks. Tapi ada suatu area yang dibiarkan beralaskan tanah, yaitu wahana bermain outbond. Di sana ada rumah pohon, wall climbing dan tali-temali yang tergantung dan diikat di sepanjang atau antara pohon besar. Kalki sempat jatuh karena berusaha berjalan di atas seutas tali besar tapi karena ada anak-anak lainnya yang juga menaiki tali, maka tali menjadi bergoyang dan Kalki kehilangan keseimbangan.

img_20180624_1213421236438118.jpg

cepet adik Kavin, antrean mulai mengular

Ada wall untuk panjat dinding berwarna-warni untuk anak-anak tetapi nggak terlalu tinggi kok. Kalki sempat nyobain sebentar aja lalu dia tertarik yang lainnya. Oh ya, Kavin juga sempat jatuh saat berjalan di area tanah ini karena apa? Tersandung akar pohon! Maklum di area ini terdapat beberapa pohon besar dan akarnya udah menjalar kemana-mana. FYI, area outbond ini dekat dengan toilet. Untuk menggunakan toilet tidak bayar, kok. Tetapi tetaplah jaga kebersihan, ya!

Saat kami berkunjung kesana ada seperti community hall untuk acara temu komunitas atau gathering. Kebetulan memang sedang ada semacam talk session saat itu di sana. Jadi kalau kalian mau mengadakan kopdar atau sharing session bersama-sama bisa, nih dilaksanakan di Kebun Bibit Surabaya. Selanjutnya kami berjalan mengelilingi taman dan menemukan kolam besar yang dipagari berisi kura-kura kecil dan beberapa burung, sepertinya burung bangau.

img_20180624_123217238931730.jpg

adik Kavin kegirangan ditembak gelembung balon oleh kakak kenalan baru

Di dekat area kolam, ada lagi kandang hewan yaitu rusa atau menjangan. Kita bisa memberi makan rusa, karena di dekat kandang ada bak berisi sayuran. Kami petik saja sayurannya dan membiarkan anak-anak yang memberikan makan ke rusa-rusa tersebut. Anak-anak memang antusias sekali memberi makan rusa. Selain kandang rusa, ada juga kandang burung berisi merak. So far, kebun ini jadi semacam mini zoo, ya? Plus ada tempat belajar dan perpustakaan pula. Cuma kami tidak mengunjunginya.

Selama kami disana tempat ini cukup bersih. Banyak tersedia tempat sampah dimana-mana untuk memudahkan pengunjung membuang sampahnya. Di beberapa pohon juga dilengkapi dengan keterangan nama pohon untuk edukasi pengunjung. Ada juga kolam air mancur mini di tengah taman. Untuk cuci tangan, ada lho disediakan washtafel dan sabun di suatu titik. Saya pun bisa mencuci tangan anak-anak saya saat mau makan snack.

Kami sangat menikmati menghabiskan waktu bersama anak-anak di Kebun Bibit. Ini pertama kalinya bagi saya dan anak-anak mengunjungi Kebun Bibit dan sangat puas dengan fasilitas ruang terbuka ini. Uniknya, Kebun Bibit terletak di tengah hiruk pikuk lalu lintas Surabaya, seru aja bisa lihat jalanan dan pengendara di luar dari balik pagar lagi sibuk ke tempat tujuan sedangkan kami di dalam Kebun Bibit santai-santai ngadem seperti dalam suaka di tengah urban life. Saya tentu mau kesana lagi jika ke kembali ke Surabaya. Kalau kalian tertarik?

❤️Intan Rastini

Kebun Binatang Surabaya (KBS)

Selama liburan sekolah, Kebun Binatang Surabaya selalu ramai pengunjung. Saya dan keluarga sendiri menjadikan KBS sebagai tujuan wisata pertama begitu tiba di Surabaya. Saya seribu sayang, di tugu patung Sura dan Baya pengunjung sudah memadati area tersebut dengan berfoto dan di loket masuk KBS antrean membeli tiket juga penuh sesak. Ternyata parkiran mobil pun tak kalah penuh! Sampai akhirnya kami tidak jadi ke KBS dan melanjutkan perjalanan ke Taman Prestasi saja.

Kedua kalinya kami mencoba mengunjungi KBS lebih pagi, ternyata kepadatan pengunjung di bagian luar KBS tidak berkurang. Parkiran mobil di pinggir jalan pun sudah hampir penuh sampai harus antre kalau mau parkir. Dengan kecewa kami melanjutkan kembali perjalanan kami sampai ke Kawasan Ekowisata Hutan Bakau di Wonorejo, Rungkut.

Ada apa, sih di kebun binatang sehingga selalu penuh ketika kami hendak mengunjunginya? Tentu ada beraneka ragam binatang. Dan ini merupakan tempat wisata klasik yang disukai keluarga, terutama anak-anak. It is like our all-time favorite. Dengan mengajak anak-anak ke kebun binatang mereka bisa melihat bermacam-macam hewan yang tidak pernah mereka lihat secara langsung sebelumnya. Mungkin pernah dari layar televisi saja. Ini menjadikan kebun binatang sebagai sarana edukasi yang menyenangkan.

img_20180623_1122121776424848.jpg

Ketiga kalinya kami berusaha berangkat lebih pagi dari rumah, kami sampai di KBS sekitar pukul 8.30 pagi. Akhirnya dapat tempat parkir mobil yang lumayan dekat dengan pintu masuk KBS. Kalki senang banget karena akhirnya dia bisa mengunjungi KBS walaupun ini bukan kali pertama dia ke KBS. Sedangkan bagi adik Kavin ini adalah untuk yang pertama kalinya.

img_20180623_125300672026518.jpg

Di KBS banyak sekali pedagang balon, mainan, jajanan. Jadi jangan kaget kalau begitu masuk kawasan KBS kita akan dijajakan bermacam-macam dagangan oleh pedagang asongan atau emperan. Harga tiket masuk untuk dewasa dan anak-anak sebesar Rp 15.000. Dan tiketnya kini dijadikan gelang di tangan. Ada juga tiket terusan untuk naik gajah, unta dll. Tapi kami beli tiket yang reguler saja. Untuk Kavin yang masih balita, ternyata harus ukur tinggi bada dulu, jika tinggi badannya lebih dari 85 cm berarti sudah kena tiket masuk. Ternyata adik Kavin tinggi badannya udah lebih, nggak bisa gratis deh hihihi…

Di KBS banyak koleksi satwanya, ada orang utan, simpanse, gajah, kijang, harimau, binturong, kelelawar, ular, unta. Untuk gajah dan unta ada yang bisa dinaiki bersama pawangnya kalau punya tiket terusan. Selain melihat berbagai macam satwa, ada juga papan keterangan mengenai nama ilmiah spesies, habitat, makanan dan status populasi di dunia. Tapi kebanyakan papan tersebut terbuat dari kertas cetak yang dilaminating, sehingga tak heran beberapa diantaranya ada yang luntur terkena air dan tidak bisa terbaca.

Untuk lingkungan KBS tergolong rindang dan bersih, disediakan banyak tempat sampah di beberapa titik. Toilet pun juga bersih karena dibersihkan secara berkala pada satu hari itu. Tapi toiletnya tidak gratis, melainkan bayar Rp 2000. Ada juga fasilitas tempat duduk-duduk beratap untuk pengunjung yang ingin melepas lelah. Saya lihat tidak sedikit pula orang duduk-duduk di teras musholla.

Di dalam KBS terdapat petugas-petugas yang berjaga di sekitar kandang agar pengunjung tidak dengan segaja memberi makan satwa dengan makanan yang tidak diperuntukkan untuk satwa dan juga untuk menjaga jarak aman pengunjung dengan satwa. Kalau mau memberi makan sata, ada makanan khusus yang dijual petugas KBS ke pengunjung. Ada juga petugas berpakaian pramuka yang merupakan bala bantuan. Selain petugas penjaga, ada juga petugas yang menawarkan souvenir KBS berupa T-shirt anak berlogo KBS atau foto bersama satwa.

img_20180623_1240071218224712.jpg

Kalau ngasi makan patung kuda nil, sih nggak apa-apa

Selain melihat-lihat satwa, kita juga bisa naik perahu di kolam buatan, atau bermain di wahana outbond. Ada juga panggung pentas seni. Kebetulan saat kami berkunjung ke sana ada pentas dangdut atau orkes melayu gitu, pementasannya menggunakan bahasa daerah juga, yaitu Bahasa Jawa. Cukup banyak orang berkerumun disitu antusias menikmati pertunjukan.

Kalau lapar bagimana? Tenang kami selalu bawa bekal sehingga kami buka perbekalan dan piknik di dekat area naik gajah, tepatnya di depan kandang simpanse hehehe. Enak juga menikmati tingkah laku satwa sambil makan bersama keluarga. Tidak jarang pengunjung yang lain pun melakukan hal yang sama saat sudah jam makan siang. Selesai menyantap makan siang jangan lupa diberesin dan dibuang sampahnya pada tempat sampah.

Kalau yang nggak bawa bekal bagaimana? Di dalam KBS cukup banyak dijajakan panganan. Yang saya tau sih, panganan seperti sate telur puyuh, sate sosis, gorengan, mie instant cup dan es krim. Kalau makanan berat saya kurang tau. Bnayak stand-stand makanan tersebar di seluruh area KBS. Kalau kami hanya membeli rujak buah dan pentol di area parkiran.

So far, saya seneng dengan kunjungan ke KBS setelah sekian tahun nggak pernah kesana lagi. Kalau anak-anak sudah terlihat happy banget lihat satwa-satwa yang nggak mereka lihat sehari-hari di rumah hehehe. Mereka bisa jalan kesana-kemari karena banyak jalur yang bisa dilalui. Hati-hati aja supaya tidak terpisah dengan orang tua, apalagi saat high season pengunjungnya ramai banget!

Next destination is Kebun Bibit Surabaya, our last visit of open public space in Surabaya!

❤️Intan Rastini

Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya

Tempat kedua di Surabaya yang kami kunjungi setelah RPTRA Taman Prestasi Ketabang Kali adalah hutan mangrove di Wonorejo, Rungkut. Ini termasuk kawasan konservasi dan ekowisata. Sebenarnya Surabaya itu panas banget ya, apalagi kalau berkunjung ke ruang terbuka di waktu siang hari seperti kami. Tapi untung di Ekowisata Mangrove Surabaya ini pohon bakaunya udah besar-besar jadi lumayan teduh.

Akses ke hutan bakau di Rungkut ini agak susah karena tidak terletak di pinggir jalan utama, kami harus masuk-masuk sampai ke pemukiman warga hingga ke kompleks perumahan baru. Tempat parkirnya cukup luas, kok. Ada untuk sepeda motor dan ada untuk mobil. Saat itu kami naik mobil dan tarif parkirnya Rp 5.000.

Pertama kali menginjakkan kaki di sana, saya melihat ada gedung kantor dan ada hall terbuka. Selanjutnya akan ada jalan jembatan kayu yang dibangun sepanjang area hutan bakau. Untuk masuk ke kawasan konservasi hutan bakau ini gratis. Di sepanjang jembatan kayu kami bisa melihat ada nama-nama tanaman jenis bakau. Juga ada spot khusus foto dan disediakan fotografer tapi sayang saat itu sedang tutup.

img_20180622_1409091494860974.jpg

Selama menyusuri hutan bakau, kami bisa melihat ada pedagang es, pedagang pentol keliling. Kalki sempat beli es krim, untuk harga es krim yang seharusnya Rp 3.000 dijual seharga Rp 6.000. Tidak lupa juga kami beli pentol hehehe…. Beli pentolnya cukup Rp 5.000 aja itu udah pakai bumbu kacang.

Di sana nggak melulu jalanan jembatan kayu, ada juga jalan aspal dan berpavink. Di jalan aspal kami mendapati bangkai perahu yang masih bagus di pajang di atas tanah yang agak lebih tinggi. Sayangnya perahu tersebut berdebu dan kotor jadi saat Kavin dan Kalki mau main ke atas perahu, saya tidak kasih. Lalu ada musholla dan ada kantin. Di dekat kantin terdapat kandang ular dan kandang monyet. Nggak tau siapa yang punya, tapi kandang ular dan monyetnya diletakkan berdekatan gitu. Kasian, apa nggak stress ya monyetnya?

Setelah kantin, ada kantor dan juga sebagai loket naik perahu menyusuri hutan bakau melalui sungai hingga ke muara. Lalu kami terus berjalan hingga ke jogging track. Di kawasan jogging track inilah ada jalan jembatan kayu lagi, di sini hutan bakaunya lebih lebat dan lebih teduh. Bahkan kami buka perbekalan di atas jembatan kayu sambil sesekali berfoto-foto. Yeah, jogging track is my favorite place! saya sempat coba jogging kecil disana dan kayu jembatannya agak kurah stabil dan kokoh buat lari karena bergerak-gerak dan bunyi juga hihi…

img_20180622_1407351080180322.jpg

Setelah makan siang ala piknik di hutan mangrove, kami melanjutkan jalan kaki menyusuri jembatan kayu kawasan jogging track. Di setiap beberapa meter disediakan tempat sampah organik dan anorganik. Juga ada papan penjelasan untuk jenis-jenis tanaman bakau yang ada di sana. Kalki setiap melihat papan penjelasan minta dibacain oleh opanya hehehe… Cocok banget kan sebagai wisata edukasi.

 

Di tengah perjalanan menyusuri jogging track, kami melihat orang-orang lainnya heboh karena ada seekor monyet. Ternyata itu monyet yang terlepas, karena di lehernya ada kalung dan tempat rantai. Kami juga nggak tau ini monyet siapa. Tapi monyetnya cukup jinak dan tidak membahayakan. Jadi sepanjang kami menyusuri jogging track hingga berujung di sebuah dermaga kayu pinggir sungai, monyet ini masih mengikuti di sekitar kami.

img_20180622_1338401031433691.jpg

img_20180622_1338581073120114.jpg

Halo saya Kavin! dan saya tertarik dengan monyet, mungkin juga karena arti namanya saya bisa sebagai “raja monyet” makanya saya senang bertemu rakyat saya 😀

 

Setelah sampai ujung jogging track yang mana udah ketemu sungai, kami jalan balik lagi ke arah kantin. Di kantor loket perahu, mama saya membeli karcis buat naik perahu. Harga tiketnya Rp 25.000 per orang. Tapi untuk Kavin yang maish balita gratis. Tapi naik perahu motornya harus menunggu kloter. Sambil menunggu kami duduk-duduk di dermaga. Disana ada beberapa orang sedang asyik mancing. Dan seperti ruang terbuka sebelumnya yang kami kunjungi, disini juga terdapat beberapa ekor kucing! Kayaknya di Surabaya emang banyak kucingnya, ya.

 

 

Saat perahu datang menurunkan penumpang, kami penumpang baru pun naik. Perahu motor ini membawa sekitar 20 penumpang menyusuri sungai sampai ke muara. Selama perjalanan kami bisa melihat beberapa macam burung yang hinggap dan terbang di antara pohon bakau. Kebanyakan sih burung putih seperti bangau. Lalu sampailah kami di hutan bakau dekat muara. Kami diturunkan di dermaga dan diberi waktu 15 menit untuk jalan-jalan.

img_20180622_145013305876993.jpg

Hutan bakau di muara sudah mengarah ke pantai. Ada bagian hutan lebatnya dan ada bagian yang sudah terbuka karena semakin ke pesisir, disana masih sama jalurnya adalah jembatan. Tapi kali ini bukan jembatan kayu saja, tapi juga jembatan anyaman bambu di area pesisir. Kalki dan Kavin melihat banyak sekali hewan ikan berkaki di pesisir pantai dari atas jembatan bambu. Opa bilang itu salamander. Ikan Salamandernya mirip lele tapi kecil-kecil ukurannya dan berkaki, dengan lincah mereka merayap-rayap di permukaan becek dan berlumpur. Gemes deh lihatnya.

 

 

Di kawasan pesisir disediakan musholla, toilet dan gazebo besar untuk bersantai menikmati pemandangan. Setelah menikmati kawasan pesisir, kami kembali menuju dermaga melalui jalur jembatan ke hutan bakau yang lebat, di hutan bakau ini lah saya melihat banyak sampah di permukaan tanahnya. Mungkin karena ini adalah muara jadi segala sampah yang terbawa sungai hanyut dan nyangkut disini diantara tanaman-tanaman bakau di muara. Sayang banget, jadi kotor kawasan ekowisatannya.

 

Kami pun kembali lagi untuk pulang menuju dermaga pertama. Karena hari sudah sore, ini adalah kloter perjalanan dengan perahu yang terakhir. Kalau tidak salah wisata naik perahu tutup pukul 16:00. Saat kami kembali loket tiket perahu saja sudah tutup. Kami berjalan pulang menuju parkiran sebagian besar bersama para pengunjung yang lainnya yang merupakan teman naik perahu kami tadi.

Kalki seneng banget di ajak ke kawasan Ekowisata Mangrove Surabaya sampai-sampai kakak Kalki bilang gini, “Tempatnya bagus oma, terima kasih ya oma, udah ajak Kalki kesini.” Hihihi… Untuk jaga-jaga selama membawa anak ke tempat wisata hutan mangrove sebaiknya bawa lotion anti nyamuk. Karena lumayan banyak nyamuk juga saat di dalam hutan bakau yang rindang. Sekian dulu cerita wisata di Surabaya, lanjut lagi next post, ya….

 

Ekowisata Mangrove Surabaya
Alamat: Jalan Raya Wonorejo No. 1, Wonorejo, Rungkut, Wonorejo, Rungkut, Kota SBY, Jawa Timur 60296
Jam buka: 08.00 – 16.00
Telepon: (031) 8796880

❤️Intan Rastini