Pedoman MPASI (advanced)

Akhirnya kliping kumpulan kreasi puree atau bubur-buran dari rubrik “Makanan Favorit Bayi” Majalah Ayahbunda selesai! Sejalan dengan sobek-menyobek halaman khusus resep makanan bayi itu, aku pun bolak-balik setiap majalah lama untuk mengumpulkan informasi yang selanjutnya diolah menjadi rangkuman sesuai keinginanku 🙂 Pedoman MPASI yang dasar udah paham… sekarang saatnya lanjut!

Ini salah satu referensi pendukung yang ikut menyukseskan posting pedoman MPASI dalam tingkat advance. Hadiah dari mama jauh saat aku masih hamil huehehehe, makasih ma!

Ini salah satu referensi pendukung yang ikut menyukseskan posting pedoman MPASI dalam tingkat advance. Hadiah dari mama jauh-jauh hari sebelumnya saat aku masih hamil, makasih ya ma.. Yang lucu, saat Ratih lihat cover buku ini dikiranya itu foto bayi fotonya Kalki! Huehehehehehe 😀

  1. Hypoallergenic. Sebaiknya kenalkan makanan yang hipoalergenik duluan karena rendah risiko alerginya, so pemberian makanan dapat berjalan lancar. Contoh makanan yang hipoalergenik: beras, kedelai, dan bahan makanan lainnya cek di posting diet untuk anak alergi (diet BSTIK) ya…
  2. Pengencer. Untuk membuat puree daripada ditambah air matang, mending ditambah ASI, sufor atau kaldu. Kaldu ini bisa kaldu sayur atau kaldu daging. Kalo mamaku bilang, dulu aku kecil dan adikku dikasi MPASI pakai campuran air rebusan kacang hijau. Caranya, ambil air rebusannya saat kacang hijau (pake kulit) udah mulai pecah, jadi dapet airnya yang berwarna hijau.
  3. Tahapan pengenalan (pengembangan dari aturan 4 hari). Sebagai tindakan preventif jika ada reaksi alergi, aturan 4 hari bisa menunjukkan jenis makanan mana yang memicu alergi tersebut. Terpikir nggak kalo mengenalkan 1 jenis makanan aja selama 4 hari terus, ntar kapan bisa bikin bubur campuran dari 2 jenis bahan makanan atau lebih? *siap-siap, butuh konsentrasi, nih* Gini triknya… Setelah 1 jenis makanan sudah “aman” karena tidak menimbulkan reaksi alergi, baru silakan lanjut mengenalkan jenis makanan baru. Kira-kira 8 hari waktu yang cukup untuk mengenalkan 2 bahan makanan dengan aturan 4 hari, setelah itu mari kita tingkatkan dengan 2 campuran bahan makanan. Bahan makanan yang baru dicampur dengan bahan makanan yang sudah “aman”. Kalo 2 campuran bahan makanan tidak menimbulkan alergi, berarti jenis makanan yang baru itu juga jadi golongan aman. Begitu selanjutnya sampai kita bisa mengenalkan 3 atau bahkan 4 jenis makanan sekaligu. di mix-n-match aja yang aman dan yang baru! Kalo memberikan 3 jenis bahan makanan perbandingan yang aman dan yang baru 2:1, kalo 4 jenis bahan makanan yang aman banding yang baru 3:1 ya…
  4. Quantitas dan frekuensi. 1-2 minggu awal: 1 jenis makanan. 2-3 minggu awal: 2 jenis makanan, lihat respon bayi, lalu tingkatkan menjadi 2 kali sehari. Setelah minggu ke-3: MPASI bentuk pure (1 jenis makanan) saat sarapan dan MPASI campuran 2 jenis makanan saat makan siang/sore. minggu ke-4 hingga usia 7 bulan: MPASI 2 jenis saat sarapan dan 3 jenis saat makan siang/sore.
  5. Jadwal dan tekstur MPASI. Pada 2 minggu awal, tekstur MPASI encer menyerupai ASI lalu kentalkan secara gradual (lihat respon mengecap makanan pada bayi): bangun tidur ASI, sarapan ASI, makan siang MPASI, sore ASI, Malam ASI; atau bangun tidur ASI, sarapan MPASI, makan siang ASI, sore ASI, malam ASI. Pada minggu ke-3 sampai memasuki usia 7 bulan: bangun tidur ASI, sarapan 1 jenis MPASI, makan siang 2 jenis MPASI, sore ASI, malam ASI. pada usia 7 bulan, mulai tingkatkan tekstur MPASI lebih kental lagi dan agak kasar: bangun tidur ASI, sarapan 2 jenis MPASI, maksi 3 jenis MPASI, sore & malam ASI. Mau ke usia 8 bulan dicoba MPASI 3x sehari  dengan tekstur yang lebih kasar dan padat serta kenalkan dengan finger foods. Usia 9-12 bulan: MPASI 3x sehari, 1-2 snack disela-sela jam makan.
  6. Kenali jenis makanan yang boleh diberikan sesuai usia bayi (dalam bulan). Kalo ini mesti banyak koleksi info lagi (dan mungkin sedikit riset?) tentang bahan-bahan makanan. Karena setelah membaca dari berbagai sumber, ada bahan makanan tertentu yang baru boleh diberikan saat bayi udah 7 bulan, 8 bulan dan 9 bulan hingga seterusnya. Nah, pas aku cocok-cocokin, ada yang nggak match, nih! Sumber yang satu bilang jenis makanan ini boleh di usia 6 bulan, tapi yang lain menyebutkan boleh setelah 7 bulan, jadi aku agak bingung kan! Ya sudahlah, dengan pasrah.. aku catatkan disini juga (see below). Yang utama, trust your instinc and see your baby cues!
  7. Combine. Jenis makanan yang kurang banyak gizinya, sebaiknya dibuat campuran dengan jenis makanan lain. Selain itu pilihan kombinasi makanan juga penting untuk membantu penyerapan zat gizi secara maksimal. Contohnya, zat besi akan mudah diserap jika dibarengi dengan vit.C, jadi saat hendak menyajikan makanan yang mengandung zat besi berikan bersamaan dengan makanan yang mengandung vit.C; vit.A membutuhkan minyak/semacam lemak agar mudah diserap tubuh, jadi berikan makanan yang kaya vit.A bersamaan dengan minyak atau makanan yang mengandung lemak seperti margarin, santan, atau juga buah avokad/alpukat. Nah, kalo ini aku perlu belajar tentang ilmu gizi lebiiiih baaaanyaaaak lagi dong, biar mantep… intinya dari semua adalah banyak belajar yah?

Macam-macam bahan makanan untuk dikenalkan kepada bayi sebagai MPASI:

  • Usia 6 bulan: apel, alpukat, pisang, zucchini, labu parang/kabocha, serealia dari beras, oat
  • Usia 7 bulan: wortel, kacang polong (edamame), buncis, kentang, ubi jalar, labu siam, labu kuning, melon, jeruk (hampir jenis apa saja kata dr. Tiwi, tapi ya jangan jeruk mentah dong ya), aprikot, tempe, tahu, ayam
  • Usia 8 bulan: brokoli, terong ungu, bayam (nah lhoooooooo?! ga jadi start MPASI awal Kalki pake bayam dong???), mangga, kiwi, keju, yoghurt plain khusus bayi, daging (merah) cincang, pasta e.g makaroni, kuning telur

Hindari Makanan ini sebelum bayi berusia 1 tahun:

  • Gula, garam, artificial seasoning (merusak sensitivitas lidah bayi).. mungkin sekalian perlu ditambahkan lada, kemiri, ketumbar dll. yang rasanya kuat. Kalo penambahan bawang? Ditambah sekalian pas bikin kaldu aja lebih aman kali ya, trus air kaldunya disaring. Di majalah Ayahbunda ada seorang bunda yang bertanya apakah boleh menambahkan bawang untuk makanan anaknya yang udah 3 tahun (kayaknya, males buka-buka majalah lagi, lupa yang edisi yang mana dan halaman berapa), trus dijawab oleh dokter yang mengasuh rubrik tsb. boleh karena bawang mengandung senyawa prebiotik yang merupakan makanan bagi kuman baik atau probiotik di saluran pencernaan. Jadi bagus untuk sal. cerna 🙂
  • Madu (mengandung bakteri botulinum)
  • Buat stroberi ( allergenic)
  • Putih telur (sebenernya telur juga allergenic dan menghambat penyerapan zat besi)
  • Susu sapi UHT (ultra hi temp. yatu dipanaskan 2-3 detik pada suhu 135-150 derajat celcius lalu segera didinginkan sampai 4-5 derajat celcius.Proses ini membuat awet meski no preservatives)
  • Selai kacang (kacang allergenic dan dalam bentuk selai? kurang tau kenapa.. mungkin mengandung additives)

Dah ah, ntar lanjut lagi… buat menambahkan info tebaru atau merevisi info yang kurang tepat jikalau ada waktu luang. Cukup dulu belajar teori… Semoga prakteknya jalan terus. AMIN.

Special thanks to: milis MPASI Rumahan.